Pak Raden Mencari Duit dari Dongeng di KPK
Suyadi mengakui saat ini dirinya tengah kesulitan keuangan. Dan ia tak memungkiri hal itu membuat
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Drs Suryadi mengakui saat ini dirinya tengah kesulitan keuangan. Dan ia tak memungkiri hal itu membuat dirinya harus bergerak untuk mendapatkan hak cipta film "Si Unyil" yang tentu saja sangat bernilai.
"Faktor ekonomi, memang dengan sendirinya saya ingin mendapatkan apa yang menjadi hak saya itu," ujar Suryadi, Jumat (15/4/2012).
Untuk memenuhi biaya hidup, pria yang akrab disapa Pak Raden ini mengaku mengandalkan penghasilan dari melukis. Sementara, mendongeng atau pun mengisi suara (dubber) untuk program acara "Laptop Si Unyil" di sebuah stasiun televisi swasta adalah pekerjaan sampingan.
"Hikmahnya saya punya teman, sebelumnya ada teman yang menjadi manajer dan bersedia untuk keliling menjual lukisan saya. Terkadang ada teman dari Prancis yang datang ke sini, dan tanpa menawar, langsung membayar lukisan saya," ujar Suyadi.
Menurut dia, anak muda seperti Arif dan rekannya telah beberapa kali membantu menjual lukisan di beberapa galeri, termasuk di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Namun, penjualan lukisan makin seret pada beberapa bulan terakhir. "Sekarang ini saya sedang dikejar-kejar untuk menyelesaikan lukisan. Sebab, sebentar lagi saya akan menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional dalam rangka Hari Anak Nasional," tuturnya.
Jika beruntung, Suryadi mendapatkan "objekan" berupa mendongeng "Si Unyil" untuk acara tertentu di perusahaan elit.
"Yang paling menggugah saya, ini teman-teman yang muda ini kasih objekan mendongeng di kantor KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Saya diminta mendongeng di depan anak TK dan SD, tapi dilarang mengeluarkan kata korupsi dan koruptor saat mendongeng itu. Jadi, saya mendongeng dengan memberikan cerita contoh-contoh perbuatan yang dianggap korup," ungkapnya.
Sebagai seniman, Suyadi mengatakan hal biasa jika dirinya mengalami kesulitan keuangan. Sebab, setiap seniman akan mengalami pasang surut pendapatan.
"Anak sekarang yang pada main sinetron sudah pintar karena berpikir untuk membuat butik. Tidak dengan saya," sesalnya.
Ia mengaku tak merasa kesepian kendati tinggal di rumah seorang diri tanpa pendamping istri. Baginya, sebagai pelukis, maka lukisan itu telah membuat hidupnya semakin berisi.
"Seorang seniman tidak pernah kesepian. Kalau anak-anak lagi main di depan rumah atau pun ada anak yang menangis, itu justru menginspirasi saya, untuk berkarya," ungkapnya.
Kehidupan Suryadi lebih berwarna karena ia suka memelihara kucing. "Sekarang kucingnya tinggal dua ekor. Dulu pernah waktu rumah masih di dekat studio, saya pelihara 20 kucing. Saya nggak tahu kenapa, tapi saya pecinta kucing sudah dari sananya," ungkapnya.