Mengenang Didik Si Pencerita Hebat dari Angkasa
Suara sirene siang tadi sekitar pukul 12.30 WIB terdengar santer di halaman Gedung Kompas Gramedia, Jalan Panjang, Jakarta Barat, Rabu
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suara sirene siang tadi sekitar pukul 12.30 WIB terdengar santer di halaman Gedung Kompas Gramedia, Jalan Panjang, Jakarta Barat, Rabu (23/5/2012).
Matahari pun bersinar begitu terang ketika dua ambulans datang dengan dikawal dua motor vooreijder. Tak lama dikeluarkan lah peti hitam dari mobil pertama yang tiada lain berisi jenazah Dodi Aviantara bin Widodo.
Kemudian dibelakangnya kembali dikeluarkan peti jenazah yang berisikan jasad Didik Nur Yusuf bin Achmad Hussein.
Kedua jenazah pun langsung dibawa ke dalam gedung dan dilanjutkan dengan salat jenazah. Seusai prosesi tersebut dibacakanlah riwayat singkat dari kedua jenazah.
Didik Nur Yusuf diceritakan Wulan, perwakilan dari kantor Majalah Angkasa sebagai sosok ice breaker. "Buat rekan-rekan Mas Didik adalah seorang ice breaker. Selalu senang melucu, suka iseng, dan mampu memberi keceriaan dan mencairkan suasana di redaksi Angkasa," ungkapnya.
Didik memang orang yang sangat supel dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang sangat baik. Tentu saja komunitasnya pun banyak di luar pekerjaan, seperti komunitas Honda Tiger Mailing List (HTML) dan Hornet.
"Yang selalu dikenang rekan-rekan, Mas Didik ini adalah pencerita yang hebat. Beliau selalu membawa dengan penuh kegembiraan bercerita kisah-kisah dahsyat seputar kegiatan yang dijalaninya," ungkap Wulan.
Hal tersebut membuktikan, betapa Didik sangat mencintai pekerjaannya sebagai fotografer majalah Angkasa.
"Beliau selalu menunjukkan totalitas dan memberikan kebanggaan dan kecintaan sepenuhnya terhadap tugas dan pekerjaan. Semoga kita bisa meneladaninya," cerita wulan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.