Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wapres Boediono Terkenang Perjuangan Bung Karno

Wakil Presiden, Boediono, menyampaikan pidato kebangsaan dalam Peringatan Pidato Bung Karno (Hari Pancasila) di MPR RI, Jakarta, Jumat (1/6/2012).

Penulis: Abdul Qodir
zoom-in Wapres Boediono Terkenang Perjuangan Bung Karno
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Wakil Presiden Boediono menjadi pembicara pada acara Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi 2011, di Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2011). Konferensi yang diadakan KPK, tahun ini mengamil tema Peningkatan Integritas Lembaga Melalui Penerapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku. (tribunnews/herudin) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden, Boediono, menyampaikan pidato kebangsaan dalam Peringatan Pidato Bung Karno (Hari Pancasila) di MPR RI, Jakarta, Jumat (1/6/2012).

Dalam pidatonya, Boediono menceritakan sebuah rumah kecil di Ende, Flores, NTT, yang dihuni saat Bung Karno diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1934 hingga 1938.

"Dalam masa pengasingan itu, Bung Karno tinggal di sebuah rumah kecil bersama Ibu Inggit," kata Boediono.

Lebih lanjut Boediono menceritakan, tidak jauh dari rumah itu, ada sebuah sudut di pantai dengan sebatang pohon sukun yang rindang. Di rumah kecil dan di bawah pohon sukun itulah, Bung Karno berpikir mencari jalan ke arah Indonesia yang merdeka.  

"Merdeka dari penjajahan, merdeka dari keterbelakangan. Indonesia yang  merdeka dalam berpikir, bekerja dan bersuara," tegas Boediono.

Kini, sebuah tempat yang ternyata amat penting dalam sejarah perjuangan nasional itu telah menjadi situs. Cerita ini pun Boediono dapat saat mengunjungi kali pertama situs tersebut pada sekitar tiga tahun lalu.

"Saya sungguh merasa tergugah oleh situs bersejarah itu. Makin saya sadari bahwa pemikiran Bung Karno, yang di tahun 1945 dirumuskan dengan nama 'Pancasila', adalah pemikiran yang tidak ditiru dari buku manapun dan bukan dikarang dari awang-awang. Pemikiran itu lahir dari pengalaman sejarah," tuturnya.

Menurut Boediono, sejarah memberi Bung Karno dan para pendahulu bangsa mendapatkan pengalaman hidup pahit di bawah kekuasaan kolonial yang menindas. Akan tetapi, sejarah juga menunjukkan betapa kuatnya daya tahan rakyat Indonesia, daya tahan rakyat yang bersatu, seperti yang disaksikan Bung Karno sendiri di Flores.

Sebab, rakyat hidup rukun di dalam perbedaan daerah, bahasa dan agama di Flores. Bahkan, di Flores lah Bung Karno juga berteman dengan rohaniawan Katolik dari Belanda yang tinggal di Ende yang, setelah bertukar pikiran dengan Bung Karno, mendukung cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Dari pengalaman itulah, Bung Karno semakin yakin cita-citanya sejak 1920-an dan yang sekarang diwarisi, yaitu, cita-cita menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kuat, yang dijalin dari perbedaan agama, etnis, suku, dan daerah.

"Sampai sekarang, Alhamdulillah, Indonesia yang seperti itu masih bertahan. Mudah-mudahan, ia tidak akan lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan. Dan terbukti pula, Indonesia yang seperti itu yang mampu mengatasi pelbagai krisis politik dan krisis ekonomi di masa lampau," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas