Terorisme Terkesan Diproyekkan
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mensinyalir adanya proyek dalam penanganan terorisme selama ini, karena besar anggaran
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mensinyalir adanya proyek dalam penanganan terorisme selama ini, karena besar anggaran yang dikeluarkan, namun terorisme tersebut seperti tak ada hasilnya dan seolah terus meningkat dengan berbagai jenis konflik di daerah.
“Terorisme yang terjadi sekarang ini cenderung bersifat lokal, tapi pola penanganannya seperti Amerika Serikat ketika dipimpin oleh Presiden George W Bush. Harusnya pola penanganan itu tidak mengikuti Amerika sebagai patron,” ujar Mahfudz, politisi PKS itu dalam dialog ‘Bahaya Terorisme Masih Mengancam” bersama Mardigu Wowiek Prasantyo (Pengamat terorisme), dan Mustafa Nahra dari PP Muhammadiyah di Gedung DPD RI Jakarta, Jumat (22/3/2013).
Menurut Mahfudz, intelijen kepolisian, TNI, Densus 88 dan lain-lain mempunyai informasi yang lengkap soal terorisme tersebut, hanya tampak berjalan sendiri-sendiri.
“Persoalan lainnya adalah, siapa, bagaimana polanya, dan mau dipakan? Apa memang ada design besar mengatasi terorisme secara konprehensif dan tuntas? Padahal anggarannya sangat besar dan dibantu oleh luar negeri, dengan penanganan yang fantastis seperti film action oleh Densus 88, apa memang ini dijadikan proyek?” tanya Mahfudz.
Mustafa juga menyangsikan jika terorisme yang diendus oleh Densus 88 selama ini adalah kelompok Islam, dengan target mendirikan negara Islam.
“Sebagai muslim, tak mungkin berjuang dengan berucap Allahu Akbar lalu merampok dan membunuh orang yang tak berdosa. Apalagi, semua agama menegaskan tidak adanya ajaran kekerasan dan pembunuhan terhadap orang lain yang tak berdosa. Dan, semua agama khususnya NU dan Muhammadiyah sudah melakukan pencegahan masing-masing,” katanya.
Dia juga mempertanyakan langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan anggaran Rp 2 triliun dalam dua tahun, dan akan terus naik di masa-masa mendatang, tapi terorisme tak pernah selesai.
“Di banyak daerah dari Aceh Darussalam sampai Papua, dari anggaran sampai persoalan senjata yang digunakan, semua menjadi pertanyaan; apakah semua ini menjadi proyek?” ujarnya.
Mardigu lebih tegas lagi bahwa penanganan terorisme oleh BNPT selama ini dinilai salah. Apalagi pendekatannya agama, sementara semua agama tidak mengajarkan kekerasan dan pembunuhan.
"Mestinya penyelesaiannya kalau serius dari hulunya, yaitu UU-nya, kalau UU tidak disentuh, maka elitnya juga tak pernah disentuh. Terlebih penanganan oleh Densus 88 dengan penembakan itu dipertontonkan," katanya.