Kapolri Didesak Periksa Maskapai Penerbangan Belanda
Menurutnya proses hukum penangkapan sindikat Narkoba memang telah diproses di Mabes Polri
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo didesak memeriksa perusahaan penerbangan asal Belanda terkait penyelundupan 400 ribu butir narkoba kelas super, pekan ini. Barang haram tersebut masuk ke Indonesia melalui penerbangan KLM 890, Belanda-Jakarta belum lama ini.
"Barang haram berupa butiran pil ekstasi tersebut semua dalam dokumen menurut informasi disebutkan berjumlah 350 ribu butir, namun saat ditangkap di RM. Padang Raden Saleh, Jakpus jumlahnya mencapai 400 ribu butir. Ini harus dituntaskan dan dilakukan investigasi ke perusahaan penerbangan KLM," ujar Muhammad Rozi, Ketua Brigade Anti-narkoba dan Lira Anti-narkoba dan Aids (LANA) dalam pernyataan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (22/3/2013).
Menurutnya proses hukum penangkapan sindikat Narkoba memang telah diproses di Mabes Polri, tapi itu masih baru pengedar kelas bawahnya. Yang perlu ditangkap dan dibongkar adalah keterlibatan perusahaan penerbangan KLM itu. Sejauhmana perannya kenapa bisa sampai memasukkan barang haram tersebut ke Indonesia.
Ia yakin ada keterlibatan oknum-oknum diperusahaan KLM tersebut dalam bisnis jaringan Narkoba dari Belanda sehingga masuk ke Indonesia. "Kami juga menengarai praktek penyelundupan Narkoba ini tidak hanya sekali, tapi sudah sering serjadi namun dilindungi karena adanya sindikat jaringan Belanda-Jakarta," kata Rozi.
Ia merasa terhina atas adanya modus penyelundupan tersebut. Sebab ini merupakan penjajahan baru, penghancuran dan pembodohan bagi generasi muda Indonesia. Penangkapan pengedar Narkoba oleh Mabes Polri bukan ahir dari penyelundupan, tetapi awal untuk menyelidiki keterlibatan perusahaan KLM.
"Untuk itu kami mendesak Kapolri Jenderal Timur Pradopo bentuk tim untuk menyelidiki dan memeriksa sejauhmana oknum-oknum dan perusahaan penerbangan KLM milik Belanda ikut terlibat. Lebih-lebih karena diketahui jaringan sindikat pengedar Narkoba itu juga ada di Belanda. Jangan sampai generasi muda Indonesia lama-lama menjadi rusak," kata Rozi.