Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketika Anak Rimba Jambi Ikut Ujian Nasional

Ujian nasional untuk SMA sederajat sudah selesai digelar di Jambi.

zoom-in Ketika Anak Rimba Jambi Ikut Ujian Nasional
TRIBUN JAMBI/ISTIMEWA
Besudut si anak rimba, saat mengikuti UN tingkat SMA. 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Suang Sitanggang

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Ujian nasional (UN) untuk SMA sederajat sudah selesai digelar di Jambi. Peserta kini tinggal menunggu hasilnya, lulus atau tidak.

Satu di antara pelajar yang tengah menunggu kelulusan itu adalah Besudut, anak rimba yang keluarganya tinggal di belantara hutan Jambi.

Apa yang terpikir ketika mendengar orang rimba? Banyak yang masih menempelkan stigma negatif bagi kelompok marginal yang oleh pemerintah disebut suku anak dalam. Mereka dianggap sebagai kelompok masyarakat berpengetahuan dan berpendidikan rendah, serta hidup nomaden.

Ada benarnya, namun tidak semuanya bisa dikatakan benar. Ratusan anak-anak rimba saat ini mulai belajar ilmu pengetahuan, hanya sebagian besar yang belajar secara non formal atau belajar di sekolah alternatif, yang difasilitasi lembaga swadaya masyarakat seperti Warsi dan Sokola Rimba.

Namun, sudah ada juga yang belajar di sekolah formal, dan satu di antaranya tahun ini mengikuti UN tingkat SMA. Dia adalah Besudut, anak rimba dari kelompok Tumenggung Ngadap di Bernai Makekal, Taman Nasional Bukit Dua Belas. Ujian yang sangat fenomenal itu telah usai dihadapinya Kamis (18/4/2013) lalu.

Besudut mengikuti UN di SMA 14 Tebo, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo. Nama Besudut hanya dipakai di komunitasnya. Di sekolah, ia menggunakan nama Irman Jalil.

Berita Rekomendasi

Pada hari terakhir mengikuti UN, mengenakan seragam batik abu-abunya, Besudut sudah tiba di sekolah sedari pagi, jauh sebelum tanda mulai ujian dibunyikan. Ia sampai di sekolah dengan mengendarai sepeda motornya. Jarak yang ditempuh tidak kurang dari 10 kilometer.

Besudut langsung akrab dengan beberapa temannya, setibanya di sekolah. Mereka bercengkerama sambil menikmati nasi rames racikan warung bukde, kantin yang berada di sekitar sekolahnya. Tak lama, ia bergeser ke kelas tempat pelaksanaan ujian.

Di dalam kelas, dia bersama 14 temannya yang merupakan siswa kelas XII IPS, telah bersiap menghadapi kerumitan soal Matematika, mata pelajaran yang membuatnya berkeringat. Namun, dengan tenang dia tetap mencoba konsentrasi pada lembaran soal di tangannya.

“Setibanya kami di kelas, semua muka kawan-kawan menahan napas panjang. Kami semua poning (pening) melihat soal Matematika,” ujarnya dalam rilis yang disampaikan Warsi kepada Tribun Jambi (Tribunnews.com Network).

Padahal, sebelum UN di gelar, Besudut yang biasa dipanggil Herman, meski nama yang tertera di izajahnya Irman Jalil, telah berusaha menyiapkan diri. Ia telah mengikuty try out yang diadakan sekolah. Meski demikian, ia dan temannya tetap kewalahan menghadapi Matematika.

Selama mengikuti UN, Besudut mengaku yang paling sulit dan memeras keringatnya adalah Matematika. Sementara, untuk Bahasa Indonesia dan Geografi, yang merupakan pelajaran favoritnya, Besudut menganggap cukup bisa menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar soal.

Ingin Jadi Sarjana

Sebelum terdaftar di sekolah formal, Bedusut merupakan murid pendidikan alternatif yang diselenggarakan Warsi, di wilayah Makekal.

Setelah mengikuti pendidikan alternatif, Besudut sempat keluar rimba dan hidup bersama masyarakat kampung, sekaligus menimba ilmu di SD. Setelah tamat SD, ia masuk SMP. Namun, sebelum tamat ia kembali ke rimba untuk berkumpul dengan keluarganya.

Pada 2009, Besudut bertemu fasilitator pendidikan Warsi. Ia akhirnya dijembatani untuk melanjutkan pendidikan. Ia akhirnya dimasukkan ke SMP 14 di Serenten, Muara Tabir, Kabupaten Tebo, yang waktu itu menyelenggarakan program SMP terbuka.

Setelah menamatkan SMP, Besudut bisa diterima di SMA reguler. Besudut diterima di SMA 14 Tebo, yang berjarak sekitar 15 kilometer ari Bernai.

“Pencapaian Besudut merupakan salah satu bentuk perkembangan pendidikan yang kami gagas sejak 1998,” kata Rudi Syaf, Manager Komunikasi KKI Warsi.

Menurut Suparjo, Kepala SMAN 14 Tebo, Besudut dikenal sebagai murid yang rajin dan baik di sekolahnya. Ia jarang sekali tidak hadir ke sekolah. Besudut biasanya datang lebih pagi ketimbang teman-temannya.

Lantas, Besudut mau ke mana bila nanti dinyatakan lulus SMA? Pria yang dalam ijazahnya disebutkan lahir pada 12 September 1992, mengaku ingin meraih gelar sarjana.

“Mudah-mudahan bisa lulus, dan melanjutkan lagi ke perguruan tinggi. Kalau ado, kuliah yang tidak masuk tiap hari, jadi biso cari kerjo di luar,” ungkapnya.

Besudut menjadi gambaran betapa orang rimba juga ingin lebih maju dari peradaban yang kini mereka jalani. Orang rimba juga punya cita-cita tinggi seperti masyarakat perkotaan. Kita tentu menunggu hadirnya Besudut yang lain. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas