TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung menyampaikan, wajah anggota dewan periode 2014-2019 hasil Pemilu Legislatif 2014 kemungkinan besar tak mengalami perubahan, dan pengusaha bermodal besar akan dominasi Senayan.

"Pengusaha punya ruang yang cukup besar, apalagi pragmatisme yang main tinggi di masyarakat," ujar Pramono usai diskusi 'Basa-Basi Dana Kampanye,' karya peneliti Perludem di Hotel Santika, Slipi Petamburan, Jakarta, Selasa (30/4/2013).

Menurut politisi PDI Perjuangan ini, dalam sistem proporsional terbuka, setiap orang terbuka mendapat kesempatan dipilih. Namun jangan salah, kendati begitu, modal sosial seperti faktor popularitas bukan satu-satunya, dan harus disokong uang untuk kampanye.

Ia mencontohkan berdasar pengalaman anggota dewan sekarang yang menjadi informan dalam disertasi doktoralnya, kebanyakan mereka mengeluarkan uang dalam sosialisasi dan akomodasi dalam kampanye.

Kesempatan itu dimiliki oleh mereka yang populer dan bermodal besar. Ia mencontohkan, pengusaha yang maju caleg tidak perlu di nomor urut satu sampai empat. Mereka meski ada di nomor buncit tapi kans terpilihnya tinggi dengan modal finansial.

Inilah yang membuat persaingan di antara caleg dalam sistem proporsional terbuka tak imbang. Pasalnya, ada orang yang sekian tahun mengurusi partai tak berani maju karena sistem ini memaksa caleg harus mengeluarkan modal besar.

"Bahkan, kerjanya aktifis jauh lebih berat karena masyarakat tidak mengenal mereka dan peristiwa 98 tidak membekas di orang-orang daerah, beda dengan Jakarta. Sehingga tidak ada komponen yang membekas di rakyat," katanya lagi.

"Pengusaha tertinggi keluarkan dana. Para pengusaha tidak mau nomor urut 1 sampai 4. Kursi mereka nomor tujuh dan delapan tapi banyak yang jadi. Wajah baru anggota DPR sekarang ini mayoritas pengusaha. Terendah pengeluaran 1.8 miliar dan tertinggi 6 miliar," tukasnya.