SBY Tanggapi Pabrik Kuali
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya bereaksi atas kasus perbudakan dialami 34 buruh pabrik kuali
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya bereaksi atas kasus perbudakan dialami 34 buruh pabrik kuali dan panci di Kabupaten Tangerang, Banten.
Kepala Negara ini menegaskan tindakan perbudakan dengan penyekapan terhadap para pekerja di Tangerang tidak dapat dibenarkan.
Sebagaimana diberitakan, pengusaha tersebut menyekap, menyiksa, mengitimidasi dan memperlakukan layaknya budak 34 pekerja di Pabrik Kuali, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang.
SBY pun meminta kepolisian untuk menegakkan hukum terhadap para pelaku perbudakan terhadap 34 buruh.
"Tindakan penyekapan terhadap para pekerja di Tangerang tidak dapat dibenarkan. Polri telah bekerja untuk tegakkan hukum," tulis Presiden dalam akun twitternya, yang ditulisnya, Senin (6/5/2013).
Presiden pun mengajak semua warga negara untuk segera melaporkan kepada pihak berwajib jika menemukan tindakan perbudakaan seperti yang terjadi di Tangerang.
"Jika ada perlakuan terhadap pekerja yang tidak manusiawi dan melanggar hukum seperti yang ada di Tangerang, masyarakat agar melaporkan," ajak SBY dalam akun twitternya.
DPR Panggil Menakertrans
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengecam keras peristiwa perbudakan di Tangerang. Apalagi, kejadian tersebut sangat dekat dengan ibukota DKI Jakarta.
"Betul-betul tidak bisa diterima akal sehat, saya gundah-gulana adanya
adanya perbudakan di abad modern dan terjadi selangkah di Jakarta," kata Priyo Budi Santoso di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/5/2013).
Priyo meminta kepolisian memeriksa pemilik pabrik apakah kesehatan mentalnya terganggu sehingga melakukan aksi biadab. "Padahal kita sedang ada penghormatan di kalangan buruh," katanya.
Priyo juga mengatakan DPR akan memanggil Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar usai reses untuk menjelaskan kejadian tersebut.
"Peristiwa ini harus tetap diinvestigasi secara tuntas. Ini merupakan puncak gunung es kalau ini terjadi. Bagaimana martabat kita, ketika kita sedang membangun martabat tapi terjadi perbudakan abad modern. Ini tidak masuk akal," tukasnya. (Andri Malau)