TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wawan Purwanto, Pengamat Terorisme, mengatakan peristiwa ledakan bom di Vihara Ekayana, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat sangat berkaitan dengan kasus yang terjadi di Myanmar.

"Dua minggu lalu sekelompok orang dari Rohingya, Myanmar datang ke Indonesia dan bertemu dengan kelompok atau komunitas islam di Indonesia," kata Wawan dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/8/2013).

Dalam pertemuan tersebut, intinya Rohingya meminta dukungan kepada kelompok Islam di Indonesia supaya Pemerintah Myanmar melindungi kelompok muslim Rohingya yang minoritas.

Pemberitaan yang tersebar luas mengenai keberadaan umat muslim di Rohingya membakar dendam kelompok Islam keras yang ada di Indonesia. "Ini harus diwaspadai karena bisa lebih bahaya nantinya," katanya.

Untuk itu, kasus umat muslim di Rohingya, Myanmar harus segera diselesaikan karena bila terus berlarut-larut maka efeknya akan meluas dan berdampak luas terhadap komunitas lainnya yang tidak bersalah.

"Kita berharap apa yang terjadi di rohingya tidak meluas. Saya tidak menyangka akan ada kejadian ini, dua minggu setelah pertemuan tersebut kemudian kejadian," ungkapnya.

Lalu siapa pelaku peledakan bom di Vihara tersebut? Kelompok dan pelakunya tidak akan jauh dari data-data yang ada kepolisian. Kepolisian bisa menelusurinya dari orang-orang atau teroris yang sudah tertangkap dan mengetahui pergerakan kelompoknya.
Kemungkinan pelaku sudah dikantongi kepolisian karena bisa saja pelakunya masuk dalam Daftar pencarian Orang (DPO) kepolisian.

Kejadian-kejadian terhadap umat muslim di seluruh pelosok dunia akan berpengaruh terhadap pergerakan kelompok teroris di Indonesia.

Mulai dari konflik di Afganistan, Filipina, Myanmar, dan Suriah tentunya akan mengundang orang Indonesia datang ke daeah konflik tersebut. Mereka pastinya punya koneksi langsung itu tidak bisa dipungkiri, mereka bisa langsung berkomunikasi menggunakan satelit karena saat ini tidak ada yang membatasi untuk hal tersebut.

Kemudian untuk memasuki wilayah tertentu bisa dengan mudah bisa dilalui dengan jaringan yang sudah ada sejak dahulu, sehingga mereka mampu membantu untuk menunjukan jalan masuk ke wilayah konflik dan itu bukan hal yang sulit.

Setiap terjadinya konflik yang melibatkan umat muslim akan menciptakan camp-camp pelatihan militer baru. Seperti Poso disaat camp Mindanau akan ditutup maka dipersiapkan lah camp pelatihan di Poso.

Itu bukan tanpa rencana, sehingga saat ini Poso dijadikan tempat pelatihan bagi semua kelompok yang ada di Indonesia. Bahkan direncanakan akan dijadikan tempat pelatihan untuk orang-orang yang bersal dari luar Indonesia.