Jakob Oetama: Pesan 50 Tahun Kompas Gramedia
Saudara PK Ojong dan saya ketika mendirikan Intisari 50 tahun lalu, berangkat tidak dengan modal uang tetapi ide dan cita-cita.
Editor: Dahlan Dahi
![Jakob Oetama: Pesan 50 Tahun Kompas Gramedia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20110927_Jacob_Oetama_Ultah_ke_80_Tahun_.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, menulis refleksi berkaitan dengan ulang tahun Kompas Gramedia. Berikut selengkapnya:
50 Tahun Kompas Gramedia
Mengembangkan Indonesia Kecil
Jakob Oetama
Pendiri Kompas Gramedia
KETIKA Majalah Intisari terbit pertama kali, 17 Agustus 1963, tidak terbayangkan itulah awal hadirnya kelompok usaha Kompas Gramedia.
Lima puluh tahun kemudian, masuk akal jika Kompas Gramedia telah bersosok, atau mengutip ungkapan Prof de Volder, sebagai "lembaga organik sekaligus organis".
Serupa lembaga surat kabar, Kompas Gramedia dengan bisnis inti industri informasi atau pabrik tulisan atau kata-kata --Gramedia: grafika media-- terdiri atas berbagai bagian yang beragam. Bagian-bagian itu bekerja sama dan berinteraksi melaksanakan fungsi masing-masing.
Fungsi-fungsi beragam itu secara organis bekerja sama dan bersinergi menjalankan peran dan panggilan yang terikat oleh tujuan dan falsafah bersama.
Dalam statusnya yang organik sekaligus organis itulah hidup, berkembang, dan berfungsi Kompas Gramedia, dinamis dan senantiasa berubah sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat (Marshall McLuhan: the extention of man). Sejalan itu, bidang yang menjadi perhatian dan sarana pun beragam.
Kompas Gramedia (KG) yang awalnya berusaha di bidang knowledge industry Intisari 1963, Harian Kompas 1965, Toko Buku Gramedia 1970, Percetakan Gramedia 1971, Radio Sonora 1972, Majalah Bobo 1973, koran-koran daerah dengan brand Tribun baru setelah 1987 --dengan segala variasi bidang usahanya, diikat dalam satu falsafah bersama, yakni opsi dasar (optio fundamentalis) yang digagas, dibayangkan, sekaligus menjadi tali simpul kebersamaan.
Small Indonesia in the making. Ungkapan itu menggambarkan cit-cita bahkan mimpi para perintis dan pendiri Kompas Gramedia 50 tahun lalu.
Saudara PK Ojong dan saya ketika mendirikan Intisari 50 tahun lalu, berangkat tidak dengan modal uang tetapi ide dan cita-cita. Selain sebelumnya kami bertemu dalam berbagai kegiatan, kami juga bertemu dalam kesamaan cita-cita, persepsi, dan impian untuk ikut ambil bagian mengembangkan Indonesia.
Inklinasi dan pandangan politik kami sama: Indonesia Kecil. Indonesia bukanlah kotak-kotak yang terbagi bagi dalam sektor-sektor dan bagian-bagian terpisahkan secara rigid, tetapi Indonesia yang satu berawarna-warni, beragam dalam segala hal.
Bagian-bagian memiliki kekhasan yang tidak luluh karena kebersamaan, tetapi menjadi mosaik indah dan produktif yang disebut Indonesia. Saling menunjang secara sinergik, yang organik sekaligus organis.
Cita-cita ini tidak orisional, sebab para bapak bangsa Indonesia sudah menggagas dan menjabarkannya ketika ingin membangun sebuah negara Indonesia. Cita cita besar dan semangat keberagaman dalam kebhinnekaan kami bawa dalam lingkup yang kecil: Kompas Gramedia.