Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kronologis Terdamparnya Lima Orang Suku Asmat

Joseph Renwuarin (35), satu dari lima orang Suku Asmat yang terdampar demi mengikuti pameran foto di Jalan Jaksa akhirnya bercerita

Editor: Sanusi
zoom-in Kronologis Terdamparnya Lima Orang Suku Asmat
Tribunnews.com/Nurmulia Rekso Purnomo
Suku Asmat yang sempat terdampat sebelum mengikuti pameran foto di jalan Jaksa, Jakarta 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Joseph Renwuarin (35), satu dari lima orang Suku Asmat yang terdampar demi mengikuti pameran foto di Jalan Jaksa akhirnya bercerita kronologinya diterjang ombak.

Joseph saat ditemui TRIBUNnews.com, Selasa (27/8), menceritakan untuk menuju Jakarta mereka pertama harus mencapai bandara di Kota Timika, kota yang mempunyai penerbangan langsung ke Jakarta.

Menuju Timika, ada beberapa solusi, yakni menumpangi kapal feri yang jadwalnya dua kali seminggu atau menumpangi pesawat perintis. Namun Jumat (23/8) lalu, tidak ada kapal feri yang berlabuh, dan semua penerbangan telah penuh dipesan.

Mau tidak mau mereka menumpangi speedboat berkekuatan mesin 85 PK milik emerintah Kabupaten Asmat.

"Kalau waktu normal dari Agats sampai Timika itu sekitar empat jam perjalanan. Tapi kemarin itu lagi musim ombak tinggi," kata dia.

Hari itu, Joseph bersama Elgo, Erik dan dua orang operator speedboat menumpangi satu perahu. Sementara Marini, Ifo, Kabag Humas Kantor Bupati Asmat, Benny Rohlus bersama dua orang operator menumpangi perahu yang lain. Mereka bertolak dari pelabuhan feri di Agats sekitar pukul 13.00 WIT. Kata Joseph saat itu ombak sudah tinggi.

Perahu tersebut berjalan beriringan berlayar bermanuver, zig-zag melalui hantaman ombak, namun saat memasuki muara sungai yang terletak tak jauh dari kampung Omor di kabupaten Asmat, mesain perahu yang ditumpangi Marini dan teman-temannya mengalami masalah.

Berita Rekomendasi

Ternyata salah satu busi mesin speedboat mati, dan harus diganti. Perahu yang ditumpangi Joseph pun meninggalkan perahu tersebut terus melaju menyisiri pesisir menuju arah Barat, sementara perahu yang ditumpangi Marini dan teman-temannya masuk ke sungai dengan pertimbangan mesin speedboat tidak sanggup melawan ombak.

Joseph dan teman-teman satu perahunya terus melaju hingga mereka tiba di muara sungai di daerah Oktawa sekitar pukul 17.00 WIT. Ia menduga Marini dan teman-teman lainnya akan masuk ke hulu sungai hingga menuju kawasan Oktawa. Tapi sesampainya di Oktawa mereka tidak menemukan siapa-siapa. Mereka pun memutuskan melanjutkan perjalanan.

"Tapi baru berjalan sekitar tiga ratus meter tiba-tiba mesin kami mati, ternyata piston tengah mesin kami bocor, jadinya speedboat itu berjalan pelan-pelan," ujarnya.

Belum jauh mereka melaju, tiba-tiba dari belakang muncul perahu yang ditumpangi Marini melaju kecepatan normal. Untuk mengurangi beban perahu yang ditumpangi Joseph, Erik pun dipindahkan ke perahu yang ditumpangi Marini.

"Setelah itu kami berpisah, perahu kami berjalan lambat sekali, lebih lambat dari orang jalan kaki. Lalu perahu yang ditumpangi Erik melaju kencang meninggalkan kami biar mereka sampai duluan," tutur Joseph.

Selamat Berkat Kapal Nelayan

Dalam keadaan mesin perahu tidak maksimum karena rusak, Joseph dan kawan-kawan sengaja mencari jalur yang masuk ke arah hulu Sungai untuk menghindari hantaman ombak laut bebas.

Halaman
12
Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas