Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ali Arifin Tidak Berikan Senyum ke Istri Saat Pergi ke Jakarta

Perasaan khawatir pun muncul setelah kepergian suaminya ke Jakarta

zoom-in Ali Arifin Tidak Berikan Senyum ke Istri Saat Pergi ke Jakarta
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Korban penyekapan, Sunan Ali Arifin berkisah sambil menangis pada wartawan mengenai tindakan kekerasan terhadap dirinya selama disekap, di Mapolsek Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (19/9/2013). Sunan bersama Ahmad Zamani dibebaskan oleh anggota Kepolisian pada 17 September 2013 lalu, setelah disekap oleh sekelompok orang karena terlibat masalah utang piutang. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM, LUBUKLINGGAU - Sebelum sang suami Sunan Ali Arifin(49) disekap di sebuah ruko kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, MY (Maryamah) sempat memiliki firasat tidak enak. MY sempat merasa janggal, karena biasanya sang suami selalu tersenyum dan akan berjanji kapan akan kembali lagi ke rumah kontrakan yang sudah 10 tahun ditempati.

Perasaan khawatir pun muncul setelah kepergian suaminya ke Jakarta.

“Memang agak berat melepas kepergian bapak saat itu, didalam hati kecil ini kok ada suatu bisikan yang mengatakan, ‘larang saja bapak pergi’. Tapi mulut ini enggan mengucapkan kata-kata tersebut,” ucapnya seraya melihat langit-langit plafon rumahnya, Kamis(19/9/2013).

Sesampainya di Jakarta Ali pun langsung menghubungi isterinya tersebut via telepon dan menanyakan kabar.”Bapak sudah sampai,bagaimana kabar kamu” ucap My menirukan percakapan via ponsel saat itu.

Namun, perasaan khawatir terus membayangi, tetapi perasaan itu hanya dibalas dengan ucapan istigfar berkali-kali agar rasa khawatir tidak terjadi.
Setelah tidak pernah menghubungi dirinya dalam waktu yang cukup lama, MY pun mendapatkan kabar dari anaknya yang saat ini tinggal di Jawa, memberitahukan suaminya telah disekap sekelompok orang dan ingin meminta tebusan atau pembayaran hutang miliaran rupiah lebih.

”Anak saya ditelepon oleh bapak, kalau diminta untuk mengirim uang sebanyak Rp 5 juta, dan bercerita kalau bapaknya sedang disekap dan disiksa, mengetahui hal tersebut. Lantas anak yang paling tua menuruti apa kehendak sang penculik yang kemudian mengirimkan uang sebanyak permintaan penculik itu,” terangnya seraya menundukan kepala dan meneteskan air mata.

Bukan itu saja, melainkan sang penculik memberitahukan kalau tidak bisa melunasi pada tanggal 20 September ini, nyawa sang suami akan dihabisi.

Berita Rekomendasi

”Mendengar bapak akan dibunuh apabila tidak bisa melunasi hutang, jantungnya terasa mau copot, saya berpikir bagaimana mau mencari uang sebanyak itu. Dan saya hanya pasrah saja pada Allah atas keselamatan jiwa bapak,” jelasnya.

Lebih lanjut wanita kelahiran Kudus ini mengatakan, setelah telepon terakhir yang menghubungi anaknya tersebut, dirinya pun sudah tidak mengetahui keberadaan sang suami, yang hanya dia ingat suaminya diborgol di teralis besi dan jarang diberi makan oleh penculik.

”Tanggal terakhir saya lupa, yang pasti itu saat bulan puasa,” terang wanita ibu rumah tangga ini.

Sumber: Tribun Sumsel
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas