Pencurian Artefak Diduga Libatkan Sindikat Internasional
Hilangnya artefak yang bernilai budaya tinggi, papar Widodo Umar, tidak boleh dianggap remeh.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog Bambang Widodo Umar menduga kuat, hilangnya sejumlah artefak di Museum Nasional Jakarta, melibatkan sindikat pencurian artefak berskala internasional.
"Saya yakin (artefak) diambil sindikat. Kemungkinan dia (pelaku) tidak bekerja sendiri, tapi melibatkan organized crime," kata Widodo Umar dalam diskusi 'Pencurian Artefak' di Gedung DPD/DPR, Jakarta, Jumat (20/9/2013).
Menurutnya, dugaan itu bisa dilihat dari rapi dan canggihnya upaya pencurian artefak.
"Ada juga tata cara proses pencurian sampai marketing penjualannya," ujar Widodo Umar.
Selain harganya miliaran rupiah, Widodo Umar mengatakan pencurian, artefak juga terkait koleksi benda dengan material tinggi, dan mode serta status sosial tertentu.
"Tidak sekadar menjadi barang simpanan, tapi ada status sosial di dalamnya," jelasnya.
Hilangnya artefak yang bernilai budaya tinggi, papar Widodo Umar, tidak boleh dianggap remeh. Ia sepakat, jika perlu Presiden SBY ikut bertanggung jawab sebagai kepala negara.
“Kalau pengelolaannya oleh Kemendikbud, maka Mendikbud bertanggung jawab. Alat kemanan di negara ini banyak, dari satpam, Kepolisian, dan TNI. Masalahnya bekerja sendiri-sendiri, tak terintegrasi secara sistemik," tuturnya.
"Ditambah lagi, pendidikan kita berorientasi pada rasio, akal, intelektual, dan mengabaikan akal budi, sudah tak lagi menghargai kearifan lokal, maka bangsa ini pun tak lagi menghargai sejarah perjuangan bangsa sendiri,” imbuhnya.
Karena itu, kata dia, benda sejarah tidak dikategorikan sebagai obyek vital. Beda halnya dengan PT Freeport, di mana setiap ada masalah selalu menjadi perhatian serius pemerintah, dan bahkan sampai terjadi penembakan dan menimbulkan korban jiwa.
“Maka, tata kelola pengamanan benda bersejarah harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk mensinergikan satpam, Kepolisian, maupun TNI,” sarannya. (*)