Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pencurian Artefak Diduga Libatkan Sindikat Internasional

Hilangnya artefak yang bernilai budaya tinggi, papar Widodo Umar, tidak boleh dianggap remeh.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Pencurian Artefak Diduga Libatkan Sindikat Internasional
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Garis polisi terpasang di pintu masuk Ruang Khasanah, Museum Nasional, Jakarta Pusat, yang menjadi tempat penyimpanan empat artefak emas yang hilang, Kamis (12/9/2013). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog Bambang Widodo Umar menduga kuat, hilangnya sejumlah artefak di Museum Nasional Jakarta, melibatkan sindikat pencurian artefak berskala internasional.

"Saya yakin (artefak) diambil sindikat. Kemungkinan dia (pelaku) tidak bekerja sendiri, tapi melibatkan organized crime," kata Widodo Umar dalam diskusi 'Pencurian Artefak' di Gedung DPD/DPR, Jakarta, Jumat (20/9/2013).

Menurutnya, dugaan itu bisa dilihat dari rapi dan canggihnya upaya pencurian artefak.

"Ada juga tata cara proses pencurian sampai marketing penjualannya," ujar Widodo Umar.

Selain harganya miliaran rupiah, Widodo Umar mengatakan pencurian, artefak juga terkait koleksi benda dengan material tinggi, dan mode serta status sosial tertentu.

"Tidak sekadar menjadi barang simpanan, tapi ada status sosial di dalamnya," jelasnya.

Hilangnya artefak yang bernilai budaya tinggi, papar Widodo Umar, tidak boleh dianggap remeh. Ia sepakat, jika perlu Presiden SBY ikut bertanggung jawab sebagai kepala negara.

BERITA REKOMENDASI

“Kalau pengelolaannya oleh Kemendikbud, maka Mendikbud bertanggung jawab. Alat kemanan di negara ini banyak, dari satpam, Kepolisian, dan TNI. Masalahnya bekerja sendiri-sendiri, tak terintegrasi secara sistemik," tuturnya.

"Ditambah lagi, pendidikan kita berorientasi pada rasio, akal, intelektual, dan mengabaikan akal budi, sudah tak lagi menghargai kearifan lokal, maka bangsa ini pun tak lagi menghargai sejarah perjuangan bangsa sendiri,” imbuhnya.

Karena itu, kata dia, benda sejarah tidak dikategorikan sebagai obyek vital. Beda halnya dengan PT Freeport, di mana setiap ada masalah selalu menjadi perhatian serius pemerintah, dan bahkan sampai terjadi penembakan dan menimbulkan korban jiwa.

“Maka, tata kelola pengamanan benda bersejarah harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk mensinergikan satpam, Kepolisian, maupun TNI,” sarannya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas