Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eksistensi SBY dan Demokrat Mengkhawatirkan

J Kristiadi menilai eksistensi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan

Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Eksistensi SBY dan Demokrat Mengkhawatirkan
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani Yudhoyono saat hadir dalam acara temu 10.000 kader PD mulai dari pengurus anak cabang (PAC) hingga dewan pimpinan pusat (DPP) di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/10/2013). Acara yang digelar dalam rangka perayaan HUT ke-12 Partai Demokrat ini sekaligus sebagai ajang konsolidasi internal. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi menilai eksistensi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan karena sikapnya belakangan ke publik.

Menurut Kristiadi, sikap SBY yang marah-marah di depan publik seperti ketika tersinggung soal kedekatannya dengan Bunda Putri, manuver ormas Persatuan Pergerakan Indonesia pimpinan mantan Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum, meneguhkan bahwa sikap SBY panik.

"Bagi saya itu sangat buruk sekali bagi Partai Demokrat yang sekarang mencoba mengambil hati rakyat lewat media. Tapi sekarang instrumen dia lewat media yang dulu betul-betul bermanfaat bagi dia sekarang menjadi lawan terbuka," ujar Kristiadi di FX Plaja, Jakarta, Senin (28/10/2013).

Kristiadi mengimbau, jika SBY ingin mengembalikan powernya, tidak lewat cara yang menjatuhkan reputasinya, dengan menyalahkan media seolah-olah telah mengulitinya dan partainya. Dan cara SBY memosisikan dirinya sebagai korban sudah tidak mempan lagi seperti awal-awal masa pemerintahannya.

"Apa yang dilakukan SBY sebagai sesuatu yang berbanding terbalik dengan usahanya memperbaiki imej di depan masyarakat. Karena sudah berlawanan dengan instrumen yang harus dia yakinkan bahwa dia tidak seburuk itu. Bahasanya mungkin dia panik dalam arti kata, kok apa yang diomongkan selalu salah," ujarnya.

Seharusnya, tambah Kristiadi, mendekati pemilu, sebagai negarawan, SBY, mengejar ketertinggalan yang terus dikritik media, bukan justeru marah-marah ke publik. Karenanya, SBY lebih baik berbuat nyata di sisa masa pemerintahannya bukan justeru mengedepankan citra.

Sebelumnya, SBY marah karena kesaksian mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, yang menyebutnya dekat dengan Bunda Putri. Apa yang dilontarkan Luthfi terjadi ketika menjadi saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, untuk terdakwa Ahmad Fathanah. Dan SBY pun menganggap Luthfi bohong.

Berita Rekomendasi

Selain itu, di hadapan ribuan kader Partai Demokrat, SBY menuding ada pihak yang "menguliti" Demokrat. Ia pun meminta semua kader Partai Demokrat untuk tetap solid guna menghadapi tahun pemilihan pada 2014.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas