Jaksa KPK dan Bocah Perempuan Penjual Mainan
Tak sedikit pemangku jabatan strategis di lembaga superbody pimpinan Abraham Samad Cs itu makan di warung-warung tersebut.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Kamu dagang apa nak?" Tanya Muhib kepada perempuan kecil tersebut.
"Ini," jawabnya sembari menyodorkan barang dagangannya.
Dari jarak kurang lebih satu meter, penulis melihat barang dagangan tersebut berupa mainan puzzle berbahan karton dengan gambar senjumlah tokoh kartun di film anak-anak, seperti 'Donal Bebek' dan 'Naruto'. Tidak besar ukurannya. kira-kira hanya satu jengkal jari orang dewasa.
"Berapa harganya?" tanya Muhibuddin tersenyum.
"Satu Rp10 ribu, kalau ambil dua Rp 15 ribu," kata Dewi lalu menggigit-gigit ujung bawah bajunya yang disikapkan. Sesekali Dewi melihat sekitar isi warung dari lokasi dirinya berdiri.
"Nih, bapak beli dua ya," kata Jaska Muhib menyodorkan pecahan Rp 5.000 sebanyak tiga lembar.
"Eh Kamu umurnya berapa?" Tanya Muhib, yang dijawab Dewi hanya dengan mengangkat 5 jarinya.
"Kok sendirian. Memang rumahnya dekat sini ya? Tanya Jaksa Mubib lagi. "Di Pulo Gadung," jawab Dewi yang membuat Jaksa Muhib langsung mengerutkan dahinya.
Pulo Gadung merupakan satu di antara kecamatan di Jakarta Timur. Sementara tenda-tenda makan ini berada di Jakarta Selatan.
"Kamu pulang saja sudah mau sore, besok sekolah kan? kalau kamu pulang, nanti bapak tambahin uangnya?" kata Jaksa Muhib.
Namun, Dewi yang masih memegang cukup banyak dagangannya itu, hanya menjawab, "Terimakasih pak" lalu tersenyum. Ia segera beranjak dan berjalan pelan ke tenda-tenda makan lainnya.
Sesaat setelah berjalan, Jaksa Muhib masih menyarankan untuk Dewi pulang saja. Tapi Dewi yang menegok ke belakang, hanya tertawa Kecil tanpa menjawab apa-apa. Melihat itu, Jaksa Muhib berdiri bangkunya dan menghela nafas.
"Kasihan ya. Itulah padahal kita punya Dinsos di Jakarta, tapi sulit tercover yang seperti itu. Masih lima tahun sudah jauh dia dagang ke sini, super baget kan," kata Jaksa Muhib kepada teman-teman wartawan yang melihat peristiwa itu dari bangku makannya.
"Tapi memang sulit juga, kalau korupsi sudah menjamur dimana-mana. Mudah-mudahan, itu yang Densus Antikorupsi itu nantinya bisa menuntaskan korupsi-korupsi di instansi yang sentuhan langsung dengan sosial masyarakat," kata Jaksa Muhib lalu berpamitan dengan para wartawan untuk masuk kantor lagi.
"Saya duluan ya," katanya lalu berjalan.
Di jalan, Muhib terlihat masih memberhentikan langkahnya di depan para pengamen Biola tadi. Tak tahu apa yang dibicarakan, setelah di ujung pembicaraan, Muhib dan para pengamen itu saling tertawa. Tidak lama dari itu, dia kembali berjalan menuju kantor KPK.