Pimpinan Golkar Rapuh
Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya dinilai pimpinan tingkat provinsi sangat rapuh soliditasnya
Editor: Gusti Sawabi
![Pimpinan Golkar Rapuh](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20131122_rapimnas-ke-v-partai-golkar_1434.jpg)
Tribunnews.com, Jakarta— Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya dinilai pimpinan tingkat provinsi sangat rapuh soliditasnya.
Banyaknya polemik terbuka di antara pimpinan pusat adalah contoh nyata yang tidak baik. Dewan pimpinan pusat juga dinilai terlalu banyak berteori, sementara praktiknya di lapangan tidak nyata.
Hal ini disampaikan dalam Pandangan Umum DPD tingkat I pada hari kedua Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar di Jakarta, Sabtu (23/11).
Pandangan umum tiap provinsi disampaikan secara tertulis kepada DPP Partai Golkar. Namun, pokok-pokok pandangan umum pengurus 33 provinsi disampaikan Ketua DPD I Yogyakarta Gandung Pardiman dan Ketua DPD I Sulawesi Tenggara Ridwan Bae.
Ridwan menambahkan, kegagalan Partai Golkar dalam pemilu presiden akibat ketidakkompakan tokoh dan elitenya. Ketika terlalu banyak friksi, sulit memenangkan pilpres. Ridwan yang ditemui di sela-sela acara rapimnas menambahkan, ketidaksolidan DPP terjadi karena ada perbedaan dalam mekanisme memenangkan Aburizal sebagai calon presiden dari Partai Golkar.
Jika ingin memenangi Pemilu 2014, pimpinan daerah mengharapkan distribusi logistik. Pengadaan dan distribusi atribut kampanye cukup besar jumlahnya sehingga akan memakan waktu. Mereka memberi tenggat hingga Desember 2013.
Pimpinan daerah juga minta DPP fokus dan mencurahkan energi pada pemenangan pileg dan pilpres. Mereka juga meminta Aburizal menunda realisasi pembangunan kantor sekretariat partai seperti dijanjikan dalam munas di Riau. ”Pembangunan kantor tak susah kalau ARB jadi Presiden,” tutur Ridwan.
Sabtu pagi, Aburizal mengumpulkan fungsionaris DPD I seperti dilakukannya pada malam hari sebelumnya.
Tak mengelak
Atas penilaian itu, Ketua DPP Fuad Hasan Masyhur dan Wakil Ketua Umum DPP Theo Sambuaga tak mengelak. ”Kalau ada statement berbeda-beda, mungkin benar juga. Namun, kalau DPP hanya berteori, itu tak benar. Namun, masukan kami terima dan kalau relevan, perbaikan dilakukan,” ujar Theo.
Ketidaksolidan kader dan elite partai juga disampaikan Aburizal dalam pidato politik penutupan rapimnas kemarin malam. Belum bersatu, tak adanya gerakan politik sama, dan tidak ada skenario politik tunggal menjadi sebab Partai Golkar tak pernah menang pileg dan pilpres sekaligus baik tahun 1999, 2004, dan 2009.
”Masih banyak alternatif politik sehingga mesin partai tak optimal dan langkah tak bergerak dalam satu arah. Namun, untuk 2014, saya menangkap kemauan yang sangat kuat dari seluruh Indonesia dan satu skenario politik menjadi keniscayaan yang harus diwujudkan. Tahun 2014 jadi momentum menyandingkan kemenangan dalam pileg dan pilpres,” tuturnya.
Penyelenggara pemilu
Terkait logistik pemilu, Aburizal mengklaim sudah disiapkan sejak dulu. Namun, sebelum dibagikan, perlu ada penanggung jawab di provinsi dan kabupaten/ kota untuk distribusi.
Dalam pidato politiknya, Aburizal bertekad memenangi Pemilu 2014 secara demokratis, berkualitas, dan bermartabat. Dia mengajak semua kader dan elite meningkatkan kerja politik, tidak membuat tindakan kontraproduktif, dan memenangkan hati rakyat.
Aburizal mengajak semua parpol peserta pemilu berkompetisi secara adil agar Pemilu 2014 demokratis, berkualitas, dan bermartabat. Penyelenggara pemilu, yaitu KPU, Bawaslu, dan DKPP, diharapkan bekerja profesional, mandiri, dan tak diintervensi. (JUM/INA)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.