DPR Tidak Kaget Australia Dibantu Singapura dan Korea Selatan Soal Penyadapan
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai pemerintah Indonesia belum menyadari bahwa tidak ada negara yang benar-benar menjadi sahabat
Penulis: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi I DPR mengaku tidak kaget bila penyadapan yang dilakukan Australia kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata dibantu Korea Selatan dan Singapura
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai pemerintah Indonesia belum menyadari bahwa tidak ada negara yang benar-benar menjadi sahabat. Apalagi, setiap negara yang memiliki kedekatan dengan Amerika Serikat akan melakukan berbagai cara untuk mengetahui informasi tentang Indonesia, meskipun mempunyai kerjasama.
"Nah ini yang harus kita pahami, jadi kalau kita masih menganut pandangan zero enemy, ya kita akan jadi objek penyadapan semua pihak, terus apa kita mau marah dengan semua negara?," kata Mahfudz di Gedung DPR, Jakarta, Senin (25/11/2013).
Mahfudz mengatakan Australia dalam melakukan penyadapan di Indonesia atau negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara tidak berdiri sendiri. Amerika dikatakan Mahfudz sebagai bagian dari five eyes juga akan menyalurkan informasinya ke empat negara lainnya yang tergabung dengan kelompok tersebut. Mereka adalah Amerika, Inggris, Selandia Baru, Australia dan Kanada.
Ia mengatakan dalam aliansi tersebut, informasi yang didapat Australia dari hasil penyadapan akan diberikan kepada empat negara lainnya.
"Itu mengembangkan jaringkan kerjasamanya yang disebut "kelompok ketiga", itu bahkan sekarang ada 12 negara, tetapi karena ada aliansi politik militer beberapa anggota negaranya, maka untuk di Asia, Singapura, Korsel, itu juga seringkali dilibatkan dalam operasi-operasi intelijen," ujarnya.