Di Pemilu 2014, Ideologi Partai Tidak Laku
Ini tantangan bagi parpol di 2014. Kalau ada partai yang menjual ideologinya, akan sulit.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana, Jakarta, Heri Budianto mengatakan, sistem politik Indonesia sudah berubah sehingga tidak bisa lagi hanya menjual ideologi suatu partai. Hal itu disebabkan presiden tidak lagi dipilih melalui Majelis Pemusyawaratan Rakyat, tetapi langsung ditentukan oleh suara masyarakat.
"Sistem politik kita berubah. (Ditentukan oleh) pengaruh teknologi dan sebagainya, figur dan sebagainya, bagaimana lembaga survei merilis penelitian yang mengarahkan pada kandidat tertentu," ujar Heri dalam diskusi bertajuk "Parpol Nasionalis Versus Parpol Agamis" di Jakarta, Sabtu (30/11/2013).
Heri menilai bahwa partai politik yang hanya menjual ideologinya akan sulit bersaing dalam Pemilihan Umum 2014. Pengaruh ketokohan lebih menonjol dibanding ideologi parpol dalam pemilu mendatang.
"Ini tantangan bagi parpol di 2014. Kalau ada partai yang menjual ideologinya, akan sulit. Apa yang menonjol tadi, ketokohan," kata Heri.
Heri berpendapat, perubahan sikap pemilih itulah yang harus dipahami setiap parpol. Dia menyarankan agar parpol mulai membangun komunikasi politik yang baik dalam mencari figur yang layak diusung sebagai calon presiden 2014.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan M Romahurmuziy sependapat dengan Heri. Ideologi suatu partai itu ibarat baju yang tetap tergantung pada siapa orang yang memakainya.
"Yang menarik adalah figurnya, itu ilustrasi yang paling ekstrem. Kita gambarkan, ini sama-sama pakai jilbab, ada yang enak dilihat, ada yang tidak, ada yang punya inner beauty, ada yang enggak," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.