Cerita Anas Mengenai Awal Perseteruannya dengan SBY dan Nazaruddin
Anas Urbaningrum mengurai motif penggulingannya dari kursi pimpinan Partai Demokrat
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum akhirnya buka-bukaan setelah lebih 10 bulan menjadi tersangka kasus korupsi proyek Hambalang. Anas membeber banyak informasi yang selama ini terbungkus rapat mengenai penggulingannya dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat, trik dan permainan dalam kasus korupsi proyek Hambalang, hingga sikut-sikutan di internal elite Partai Demokrat.
Anas Urbaningrum mengurai motif penggulingannya dari kursi pimpinan Partai Demokrat, gambaran menit-menit genting di arena kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2009, hingga situasi terbaru penggeledahan penyidik KPK di kediaman Attiyah Laila, istrinya, dalam kasus Hambalang. Banyak informasi mencengangkan, ada juga isu yang sudah lama beredar namun baru kali ini terkonfirmasi.
Anas Urbaningrum pun mengingatkan, informasi yang sudah luas beredar mengenai adanya pertemuan Ketua DPR Marzuki Alie dengan Nazaruddin, beberapa jam sebelum Nazar terbang ke Singapura.
Anas Urbaningrum juga membeberkan beberapa isi pembicaraan Nazruddin saat membela diri di hadapan Dewan Kehormatan Partai Demokrat sebelum dia kabur ke luar negeri pada 23 Mei 2011. Nazaruddin pergi ke Singapura menggunakan pesawat Garuda pukul 19.30 WIB, sehari sebelum surat perintah pencegahan ke luar negeri terbit. Pertemuan itu berlangsung di kediaman Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan itu dipimpin sendiri SBY dan dihadiri antara lain Amir Syamsuddin, EE Mangindaan, Anas Urbaningrum, dan lain-lain.
"Tapi bagian itu jangan diberitakan. Termasuk isi pembelaan Nazaruddin, off the record saja," ujar Anas di redaksi Newsroom Tribun Network kawasan Palmerah, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Dalam catatan Tribunnews.com, mengenai pertemuan itu, Nazaruddin sendiri pernah mengaku bertengkar dengan SBY. Nazaruddin mengungkap alasannya kabur ke luar negeri hingga menjadi buronan KPK dan Interpol selama tiga bulan. Ia pergi meninggalkan Indonesia lantaran bertengkar dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
"Saya pergi ke luar negeri karena ribut dengan Cikeas. Bukan karena kasus suap wisma atlet," kata Nazaruddin saat bersaksi untuk terdakwa kasus korupsi PLTS Timas Ginting di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Anas Urbaningrum juga buka-bukaan mengenai banyak kasus-kasus yang membelitnya di KPK seperti wisma atlet, Hambalang dan sebagainya. Ia bercerita pula mengenai latar belakang mengapa terpidana wisma atlet M Nazaruddin selalu menyerang dirinya dan berbalik membela pihak tertentu, justru setelah ada pihak-pihak yang intens menemui Nazar di luar negeri.
Anas melanjutkan, "Kalau ditafsirkan halaman buka-bukaan ya enggak apa-apa, itu bagian dari proses yang harus saya tempuh. Tapi saya tidak punya tendensi untuk menyerang orang. Apa yang sampaikan adalah sesuatu untuk mencari keadilan dan kebenaran."
Anas pun mengurai mengenai survei yang diadakan satu lembaga survei untuk memperkirakan elektibilitas Partai Demokrat sewaktu dia tersandung kasus dugaan korupsi Hambalang, awal 2013, merupakan survei pesanan.
"Saya tahu survei itu pesanan karena sudah dipresentasikan dahulu di Cikeas, di hadapan orang-orang tertentu. Survei itu kemudian diekspos saat presiden berkunjung keluar negeri, kemudian presiden memberi statemen dari luar negeri, seakan mendesak KPK untuk menentukan sikap terhadap saya," ujar Anas.
Anas menilai penetapan dirinya sebagai tersangka penerimaan gratifikasi dalam kasus Hambalang dipaksakan. Ia pun menguraikan alasannya, belum pernah ada tersangka yang ditetapkan setelah pernyataan permintaan seorang Presiden.
Apalagi saat itu, Presiden SBY sedang berada di luar negeri, lalu mengeluarkan pernyataan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengambil kesimpulan yang konklusif terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Itu bukan pernyataan biasa, itu berdasarkan hasil survei yang katanya Demokratnya anjlok," katanya.
Kemudian ia menuturkan kejanggalan terakhir adalah kala surat perintah penyidikan dirinya di KPK bocor ke publik. "Itu kan bertujuan, belum ada sprindik kaya Anas, yang tidak definitif," ucapnya.(tribunnews/wil/sam)