ANRI Kumpulkan Dokumen Konferensi Asia Afrika
Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) optimistis, langkah pengajuan arsip KAA maupun GNB dengan sistem
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) optimistis, langkah pengajuan arsip KAA maupun GNB dengan sistem joint nation menjadi warisan dunia berlangsung mulus. Apalagi ribuan arsip atau dokumen kini sudah berada di tangan ANRI.
Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI, Drs Mustari Irawan MPA mengungkapkan, saat ini pihaknya telah mengumpulkan arsip KAA dan GNB terbentuk dalam tiga media.
"Dalam bentuk arsip kertas jumlah halamannya mencapai 1.179 lembar. Untuk kemudian foto berjumlah 565 lembar dan bentuk film," kata Mustari saat talkshow ANRI Usung Arsip KAA dan Gerakan Non Blok (GNB) sebagai MoW, di Jakarta, belum lama ini.
Dokumen-dokumen berharga itu diperoleh dari Sekretariat Negara ataupun personal seperti Abdul Wahab, juga hasil melacak.
"Arsip diperoleh tanpa harus memberikan imbalan," katanya.
ANRI telah menggandeng lembaga arsip di negara lainnya seperti Pakistan, India, Myanmar, Sri Lanka. Meski tidak sebanyak di Indonesia yang menjadi inisiator dan konseptor KAA, masih cukup banyak arsip-arsip yang tersimpan di sana.
"Kami sudah menyurati dan memperoleh dukungan," katanya.
Meski arsip telah berusia 50 tahun, Mustari mengatakan, umumnya kondisi baik. Hanya sebagian kecil yang rusak.
"Kalau ada yang rusak masih bisa diperbaiki, akan melakukan perbaikan restorasi. Semua arsip dijaga dari kerusakan," katanya.
Seperti halnya dokumen lainnya, ANRI juga akan digitalisasi naskah arsip KAA dan GNB sehingga bisa menjadi media belajar karakter bangsa di sekolah-sekolah.
Mustari mengatakan pengusulan arsip KAA dan KTT NonBlok adalah usulan pertama kalinya karya bangsa masuk sebagai ingatan kolektif secara internasional.
"Sebelumnya sudah diusulkan arsip VOC sebagai MoW pada tahun 2004 oleh Belanda," katanya.
Sejarawan dari Universitas Indonesia Prof Susanto Zuhdi mengatakan, masuknya arsip KAA maupun GNB dalam MoW maka secara internasional memperkuat karakter Indonesia sebagai bangsa yang berjuang.
"Sejarah bangsa ini akan lebih diketahui generasi muda. Bagaimana kontribusi kita terhadap kemerdekaan negara-negara lain di dunia," katanya.
Terkait GNB, ANRI harus melakukannya menggunakan sistem joint nation dalam pengajuannya. Meski tercetus dari KAA di Bandung, konferensi GNB pertama kali dilaksanakan di Serbia.
"Indonesia baru menyelenggarakan KTT GNB ke-10. Tapi, saat kita kirim perwakilan ke sana, mereka setuju gerakan non blok diekspos secara internasional. Kalau GNB memang harus joint of nation dengan negara lainnya," katanya.
Pengajuan arsip GNB ini mendapatkan dukungan Arsip Nasional Serbia (Arhive Jugoslavije Republic Serbia-AJRS). Salah satunya diwujudkan dalam kerja sama kegiatan yakni Asia African conference towards Non Aligned Movement.
Awal tahun 2014 akan hadir pembicara yang akan menceritakan tentang Konferensi Asia Afrika sampai membidani lahirnya Gerakan Non Blok di tahun 1961 yang diadakan di Beograd, dengan diprakarsai oleh Soekarno dan Tito.
ANRI juga melakukan sosialisasi baik melalui media massa maupun sosial media untuk mempromosikan tentang arsip tersebut. (eko sutriyanto)