Fadli Sadama Pemimpin Kumpulan Organisasi Teror Indonesia
teroris di Indonesia tergabung dalam tiga kelompok besar yang Kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Santoso
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Terorisme Dino Cresbon mengungkapkan bahwa Fadli Sadama merupakan pimpinan dari berbagai kelompok teroris yang ada di Indonesia.
Dikatakannya, teroris di Indonesia tergabung dalam tiga kelompok besar yang Kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Santoso, Kelompok Mujahidin Indonesia Tengah, dan Kelompok Mujahidin Indonesia Barat yang dipimpin Abu Roban.
"Abu Roban memimpin kelompoknya dalam pencarian dana untuk kepentingan kelompok teror. Kelompok ini melakukan aktivitas fai di sepanjang wilayah Sumatera sampai Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, sampi Sulawesi Selatan," kata Dino melalui sambungan teleponnya kepada Tribunnews.com, Selasa (17/12/2013).
Dikatakannya hasil rampokan yang didapatkan kelompok tersebut dikatannya untuk mendukung pembiayaan teror kelompok Mujahidin Indonesia Timur dan Mujahidin Indonesia Tengah.
Dari tiga kelompok teroris besar tersebut, ternyata Fadli Sadama merupakan tokoh sentral dalam kumpulan kelompok teroris Indonesia.
"Memang Fadli Sadama sejak tiga tahun lalu didaulat sebagai pemimpin kumpulan organisasi mujahidin Indonesia," katanya.
Meskipun berada di dalam tahanan Lapas Tanjung Gusta, Fadli Sadama tetap saja dihormati kelompok-kelompok teror yang ada di Indonesia karena dalam organisasi mereka menggunakan sistem baiat. Selama belum dilepas baiatnya semua tetap tunduk.
Terkait sejumlah penangkapan teroris menjalang Natal dan Tahun Baru kepolisian memang menangkap indikasi serius terhadap ancaman teror. Hal tersebut dengan terungkapnya kasus peredaran senjata api rakitan dari air soft gun dalam pengembangan kasus penembakan polisi.
Selain itu, penemuan sejumlah bahan peledak sepanjang tahun 2013 menjadi sinyalemen adanya gangguan terir pada saat natal dan tahun baru yang ditangkap kepolisian, termasuk teror yang dilakukan terhadp Vihara Ekayana, di Jakarta Barat belum lama ini.
Pada dasarnya orang-orang yang ditangkap polisi merupakan orang baru dalam dunia teroris Indonesia, hal tersebut terlihat dengan tidak adanya nama-nama orang rtersebut dalam data base Densus 88 Antiteror Polri. Meskipun mereka sebetulnya dimentori orang-orang yang menjadi residivis.
"Jadi tidak bisa juga mereka disebut sebagai kelompok teroris lama," katanya.