Mantan Mendiknas Dinilai Lindungi Kasus Disertasi Bodong Rektor Umsu
Mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Abdul Malik Fajar dinilai tak acuh dengan tindakan tidak terpuji di dunia pendidikan
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Abdul Malik Fajar dinilai tak acuh dengan tindakan tidak terpuji di dunia pendidikan, yang dilakukan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Pasalnya, Malik Fajar yang kini menjabat sebagai salah satu ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah nampak tidak menghiraukan laporan dari berbagai lembaga organisasi otonom Muhammadiyah di Sumut mengenai dugaan penelitian disertasi bodong yang dilakukan oleh Rektor Agussani.
"Harusnya, sebagai mantan Mendiknas, beliau peduli dengan kasus dunia pendidikan. Terlebih kasus itu menyangkut Muhammadiyah yang menjadi tanggung jawabnya," ujar Ketua DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sumut, Husni Mustofa dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/12/2013).
Menurutnya, sikap yang ditunjukkan oleh Malik Fajar itu bukan cerminan teladan yang baik bagi dunia pendidikan Indonesia. Bahkan sikap tak acuh Malik Fajar, bisa menimbulkan anggapan publik bahwa dia tengah mencoba melindungi Rektor Agussani.
"Jika benar melindungi rektor terduga pemalsu disertasi itu, maka bisa dibayangkan betapa sedihnya dunia pendidikan Indonesia," jelasnya.
Lebih lanjut dirinya berharap, Malik dapat menonaktifkan sementara Agussani sebagi Rektor UMSU hingga kasus soal penelitian disertasi bodongnya rampung dan jelas.
"Tapi jika terbukti bersalah, maka Agussani harus dipecat! Karena dalam kasus ini kredibilitas Muhammadiyah dipertaruhkan," tambahnya.
Agussani diduga telah melakukan pemalsuan data disertasi untuk mengejar gelar doktor dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ini lantaran warga yang diteliti dalam disertasi berjudul "Pendidikan Keaksaraan Berbasis Kecakapan Hidup dalam Meningkatkan Kemampuan Mengelola Pendapatan Masyarakat Nelayan" yang mengambil sampel di Desa Jaring Halus, Langkat, Sumatera Utara, itu membantah bahwa Agussani telah melakukan penelitian.
Sejumlah akademisi, aktivis dan keluarga besar Muhammadiyah Sumut menilai Agussani melakukan pemalsuan data itu lantaran ingin secara instan mendapatkan gelar akademik. Gelar doktor penting bagi Agussani untuk melengkapi persyaratan agar dapat mencalonkan diri kembali menjadi rektor UMSU.