Penafsiran Bung Karno Maniak Seks di Film 'Soekarno' Tidak Tepat
Kali ini hal yang dipermasalahkan adalah adegan Bung Karno saat memeluk pinggang Fatmawati
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
![Penafsiran Bung Karno Maniak Seks di Film 'Soekarno' Tidak Tepat](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20131224_171711_film-soekarno-di-demo.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film 'Soekarno' garapan sutradara Hanung Bramantyo terus menuai pro kontra terkait adegan Bung Karno dalam film tersebut. Kali ini hal yang dipermasalahkan adalah adegan Bung Karno saat memeluk pinggang Fatmawati.
Sejumlah pihak beranggapan adegan Bung Karno yang memeluk pinggang Fatmawati dan berpindah tempat duduk menimbulkan penafsiran bahwa Bung Karno adalah maniak seks.
Mengenai hal tersebut, penulis dan peminat sejarah, Zen RS, menilai penafsiran tersebut tidaklah tepat. Menurutnya isu bahwa Bung Karno sebagai maniak seks bukanlah barang baru. Ia mengatakan CIA pernah memanfaatkan isu tersebut untuk pembuatan film porno demi menyudutkan Bung Karno.
"Benar atau tidak isu itu, saya ingin mencoba memeriksa tafsir penonton yang menganggap film 'Soekarno' sebagai upaya menggambarkan Bung Karno sebagai maniak seks," ujar Zen di Jakarta, Selasa (31/12/2013).
"Saya tak hendak menghakimi persepsi orang lain yang menganggap scene-scene antara Bung Karno dan Fatmawati sebagai gambaran seorang maniak. Itu bukan hal yang kelewat menarik," tuturnya.
Zen mengatakan, andai yang memeluk pinggang perempuan itu adalah Sjahrir, Tan Malaka, atau Hatta, maka menurutnya tak akan ada yang menganggapnya sebagai gambaran seorang maniak.
Menurutnya scene itu akan dipahami sebagai ekspresi 'perasaan istimewa' si tokoh pada si perempuan.
Ekspresi 'perasaan istimewa' itu bisa saja dibaca dengan berbagai tingkatan, dari yang paling halus sampai yang paling ekstrem, yakni dari sekadar perasaan naksir sampai ekspresi pria yang terangsang.
Zen pun mencontohkan akan menarik sekali membayangkan jika biopic Sjahrir dibuat. Ia bertanya, apa yang akan terlintas di pikiran saat Sjahrir digambarkan berkencan dengan Maria Duchateu yang sebenarnya masih berstatus istri dari Sal Tas, sahabat Sjahrir sendiri? Akankah ada pikiran kalau scene macam itu sebagai upaya sineasnya menggambarkan Sjahrir sebagai maniak seks?
"Kalau saya sih jelas tak akan berpikir sejauh itu. Anggapan maniak seks itu sebenarnya tak ditujukan pada film 'Soekarno', tetapi pada Bung Karno itu sendiri. Dan anggapan macam itu bukanlah barang baru dalam membincangkan riwayat Bung Karno," ujarnya.