KPK Sebut Ada Koruptor Besar di Jatim, Kepala PPATK Mengamini
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menyebutkan ada koruptor besar di Jawa Timur.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menyebutkan ada koruptor besar di Jawa Timur. Hal itu pun diakui oleh Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) M Yusuf.
Namun, Yusuf tidak mengetahui apakah dana besar yang ditelusuri PPATK benar dengan pernyataan dari Abraham Samad. Ia pun meminta agar Abraham Samad menyebutkan berapa nilai dari korupsi di Jawa Timur tersebut.
"Kalau ada nilai nominal yang disebutkan pak Abraham, kita bisa cocokkan," kata Yusuf di kantornya, Gedung PPATK, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2014).
Yusuf menuturkan, silakan meminta konfirmasi kepada Abraham Samad, karena jika tidak ada nilai nominalnya sulit untuk dibuktikan apakah sama yang ditemukan KPK dengan PPATK. "Kejar pak Abraham, nanti konfirmasi ke saya," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menyebut ada koruptor besar di Jawa Timur.
Namun, ia mengatakan, KPK sulit menembus dan menemukan bukti karena modus kejahatan itu sangat canggih dan tak berbekas.
"Di Jawa Timur itu perampoknya kelas wahid, pelakunya berpengalaman, bahkan kategori tak bisa dimaafkan," kata Abraham dalam sebuah seminar politik kebangsaan di kantor International Conference of Islamic Scholars (ICIS), di Jakarta, Kamis (12/12/2013).
Hal itu diungkapkan Abraham untuk menjawab pertanyaan seorang peserta seminar yang menanyakan mengapa KPK tak pernah mengungkap kasus korupsi di Jawa Timur. Sang penanya menyebut KPK seolah sengaja tak menyentuh provinsi tersebut.
Namun, Abraham membantahnya dan menyatakan KPK sudah memperoleh informasi terkait kasus dugaan korupsi di daerah itu. KPK akan mengusutnya jika telah ditemukan petunjuk dan alat bukti yang cukup.
Koruptor kelas wahid di Jawa Timur itu, kata Abraham, masuk dalam kategori kelas berat karena melakukan korupsi secara rapi dan tak meninggalkan jejak. Semua kejahatannya, kata Abraham, dirancang sedemikian rupa untuk mengantisipasi adanya penelusuran KPK.
"Kalau yang lain itu pemula, merampok meninggalkan jejak. Kami paham, semoga kami diberi petunjuk oleh Tuhan untuk ungkap kejahatan canggih dan ditutup-tutupi," ujar Abraham.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.