Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rahman Toleng Terinspirasi Kegilaan Hariman Siregar

Rahman Toleng, memiliki pandangan sendiri terhadap Hariman Siregar,

Penulis: Y Gustaman
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Rahman Toleng Terinspirasi Kegilaan Hariman Siregar
NET
Hariman Siregar 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eksponen perhimpunan mahasiswa Bandung 74, Rahman Toleng, memiliki pandangan sendiri terhadap Hariman Siregar, aktivis Malari akronim Malapetaka 15 Januari 1974 yang pernah ditangkap karena penolakan modal asing Jepang di Indonesia.

Ia bercerita, kendati bukan pelaku Malari, tapi menjadi korban peristiwa karena pikiran kritisnya, terutama saat mengkritik dwifungsi ABRI. Rahman yang mengklaim seorang sosialis demokrat menilai kegilaan penting untuk mengubah status quo.

"Saya juga korban kegilaan Hariman Siregar dalam arti positif. Sebab menghadapi rezim otoriter diperlukan kegilaan," ujar Rahman dalam pidatonya mengenang 40 Tahun Malari di Hotel JS Luwansa, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/1/2014).

Menurut Rahman, Hariman dalam hal ini mengidap kegilaan sebagai salah satu aktor yang mengobarkan semangat mahasiswa dalam peristiwa Malari. Malari, dikatakannya, menjadi titik kulminasi dari pergolakan yang terjadi di masyarakat.

"Ada banyak isu di sana, melawan modal asing, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang kian tajam, isu padat karya , padat modal, ada diskursus pembangunan bangsa Indonesia. Ada isu aspri presiden, yang banyak merecoki kbinet, dan ada isu rivalitas Ali Moertopo dan Soemitro," kenang Rahman.

Peristiwa Malari memperlihatkan serentaknya aksi Dewan Mahasiswa yang mendesak pemerintah merubah pola pembangunan. Sayangnya, pemerintah menutup mata dan menilai tuntutan mahasiswa saat ini sebagai tindakan yang inkonstitusional.

"Pergolakan isu dengan silang menyilang terus berkobar, dan menemukan titik poin berupa huru hara dan kekacauan. Karena aspirasi politik tersumbat mendorong rakyat mencri saluran sendiri bisa berupa amukan, huru-hara. Kalau diorganisir bisa jadi revolusi. Kira-kira itu pelajaran dari Malari," terang Rahman Toleng.

Sejumlah tokoh dan mantan aktivis hadir dalam acara tersebut antara lain pengacara gaek, Adnan Buyung Nasution, mantan Ketua Umum Partai Golkar dan Ketum PB HMI, Akbar Tanjung, Daniel Dhakidae, Hariman Siregar, Jumhur Hidayat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas