Universitas Chiba Jepang Buat Simposium di Yogyakarta
Simposium ini merupakan kegiatan pertukaran pengetahuan dan teknologi antara Jepang dan Indonesia
Editor: Yudie Thirzano
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Universitas Chiba akan menggelar simposium ke enam gabungan para saintis Jepang-Indonesia (IJJSS2014) di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tanggal 28 - 30 Oktober 2014. Simposium ini merupakan kegiatan pertukaran pengetahuan dan teknologi antara Jepang dan Indonesia yang dimulai sejak tahun 2004 oleh Chiba University Jepang dan Universitas Indonesia.
"Saat ini Chiba University telah mempunyai sembilan sister university di Indonesia, yaitu UI, IPB, ITB, Unpad, UGM, Undip, ITS, Unud dan Unhas, dan terus akan bertambah jumlahnya. Untuk menjalin kerjasama yang lebih baik dengan Indonesia, Universitas Chiba membuat simposium tersebut bulan Oktober mendatang di Yogya," papar Prof Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, dari Universitas Chiba Jepang kepada Tribunnews.com Senin (3/2/2014) pagi.
Pada bulan Februari 2011, Chiba University telah meresmikan International Exchange Center (IEC) office di Kampus Depok Universitas Indonesia untuk mendukung kegiatan pertukaran pendidikan dan penelitian di Indonesia.
Berbagai program pertukaran telah diselenggakan bersama Universitas dan instansi penelitian di Indonesia. Pada saat jumlah mahasiswa Jepang di universitas Jepang yang ingin belajar di negara-negara Asia menurun, Chiba University telah memecahkan rekor pengiriman mahasiswa Jepang ke luar negeri, khususnya Indonesia. Sehingga Chiba University menempati ranking teratas pada tahun 2013 menurut catatan Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho).
Hal ini terealisasi dengan diadakannya berbagai program pertukaran pelajar, khususnya bersama lembaga pendidikan di Indonesia, misalnya Japan Discovery Program (TWINCLE) untuk pengiriman mahasiswa Jepang ke SMA dan SMP di Indonesia. Program Short-Stay, Short-Visit Program, SKIPWISE dll ke lembaga pendidikan dan peneliti Indonesia, misalnya LAPAN, BPPT dll untuk pengembangan bersama pesawat tanpa awak dan mikro satelit. Program ini memberikan kesempatan kepada para pemuda-pemudi Jepang dan Indonesia untuk dapat saling bertukar ilmu pengetahuan dan penerapannya.
Chiba University merupakan Universitas tua yang telah memulai kerjasama dengan Indonesia sejak tahun 1949 melalui pendidikan bagi para mahasiswa Indonesia pada jaman Soekarno untuk belajar bahasa Jepang sebelum mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke berbagai universitas di Jepang, khususnya di bawah program pampasan perang saat itu.
Alumni Chiba University di Indonesia telah mencapai ribuan yang tersebar di seluruh Indonesia. Para alumni diharapkan dapat menjembatani berbagai kegiatan ekonomi, budaya, pendidikan dll antara Jepang dan Indonesia.
Pada tanggal 25 Oktober 2012 kantor International Exchange Center (IEC) atau Kantor Kerjasama Internasional Universitas Indonesia telah diresmikan di Chiba University sebagai media untuk kerjasama Indonesia dan Jepang. Kantor ini telah merealisasikan Double Degree Program antara Chiba University dengan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Udayana (Unud) dan Universitas Hasanuddin (Unhas).
Perjanjian kerjasama ini semua telah dipersiapkan oleh Josaphat biasa dipanggil Jos, staf pengajar tetap Chiba University yang berasal dari Indonesia. Selama ini Jos telah berisiniatif untuk melakukan kerjasama penelitian dan pendidikan melalui pertukaran mahasiswa Indonesia dari berbagai Universitas di Indonesia, khususnya dari kesembilan Sister University melalui program Short Stay Program, Short Visit Program dari Kementerian Pendidikan dan Teknologi Jepang dan Beasiswa Unggulan Kemendiknas Indonesia.
Khususnya, dua tahun terakhir Chiba University telah melakukan program TWINCLE bersama para sister university Indonesia dengan mengirim mahasiswa Jepang sebanyak 40 orang pada tahun 2012 dan 80 orang di tahun 2013 ke sekolah menengah di kota Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta dan Denpasar. Demikian juga pula lewat program ini telah diundang para guru dan staff pengajar Indonesia ke Jepang untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai teknik mengajar budaya dan teknologi tinggi bagi para pelajar di sekolah menengah Jepang.
Double Degree Program yang telah dipersiapkan oleh Prof Josaphat adalah bagi program Master (S2) dan Doktor (S3), dimana para mahasiswa master Indonesia belajar di universitas asal selama satu tahun, kemudian melanjutkan belajar satu tahun di Chiba University. Sedangkan bagi mahasiswa Program Doktor, para mahasiswa akan belajar di Indonesia selama satu tahun pertama, kemudian dua tahun terakhir akan belajar dan melakukan penelitian di Chiba University dengan fasilitas penelitian mutakhir. Setelah selesai program, para mahasiswa akan mendapatkan dua ijasah dan title dari Chiba University dan universitas asal di Indonesia.
Pada saat IJJSS 2014 nanti akan diadakan pula CEReS International Symposium yang membicarakan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang penginderaan jarak jauh atau remote sensing.
Setiap tahun ratusan mahasiswa dan staf dari Indonesia berkunjung dan menuntut ilmu di Chiba University. Saat ini Chiba University sedang mengembangkan satelit mikro bersama Lembaga Antariksa dan Penerbangan Indonesia (LAPAN) yang akan membawa sensor synthetic aperture radar (SAR). Dimana sensor SAR ini dapat menembus awan, sehingga dapat digunakan untuk pengamatan permukaan Indonesia dan Jepang setiap saat.
Khususnya untuk pengamatan bencana yang sering terjadi di kedua negara. Sensor circularly polarized synthetic aperture radar (CP-SAR) temuan Prof. Josaphat akan dipasang di satelit yang dikembangkan oleh LAPAN pula.
Jos adalah warga negara Indonesia yang sejak tahun 2005 menjadi professor tetap di Chiba University. Walau sebagai pegawai pemerintah Jepang, Prof Josaphat juga mengajar di berbagai lembaga pendidikan Indonesia dan Jepang, termasuk ISAS-JAXA atau lembaga antariksa Jepang. Sensor CP-SAR temuan Prof Josaphat hendak dipasang di satelit mikro JAXA pula dan berbagai lembaga antariksa dunia yang bakal menjadi trend di bidang penginderaan jarak jauh masa depan.
Mudah-mudahan kegiatan IJJSS ini dapat menjembatani pertukaran teknologi dan ilmu pengetahuan Antara Indonesia dan Jepang !
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.