Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

2 Pengusaha Kalteng Ngotot Minta Kembalikan 'Uang Suap' Akil

Dua pengusaha asal Kalimantan Tengah, ngotot meminta terdakwa Cornelis Nalau Antun untuk mengganti uang mereka

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in 2 Pengusaha Kalteng Ngotot Minta Kembalikan 'Uang Suap' Akil
Tribunnews/DANY PERMANA
Terdakwa Hambit Bintih (kanan) dan Cornelis Nalau (kiri) menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2014). Keduanya bersama Chairun Nisa dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar diduga terlibat dalam suap pengurusan sengketa Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua pengusaha asal Kalimantan Tengah, Elant S. Gaho dan Edwin Permana, ngotot meminta terdakwa Cornelis Nalau Antun untuk mengganti uang mereka masing-masing senilai Rp 1 miliar yang diduga KPK dipakai untuk menyuap mantan Ketua MK, Akil Mochtar.

Sebab, keduanya mengira uang pinjaman itu murni untuk kepentingan usaha atau bisnis Cornelis Nalau. Sangking percayanya, keduanya pun tak membuatkan kwitansi atas pinjam meminjam uang tersebut.

Keduanya kompak meminta ganti uang itu saat ditanya Ketua Majelis Hakim, Suwidyo. Sebab, terang keduanya uang tersebut merupakan pinjaman dan bukan pemberian.

"Pasti saya minta ganti yang mulia," kata Edwin saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (6/2/2014).

"Saya tetap minta ganti pak. Itu kan uang keringat. Itu hasil kerja keras kita," kata Elant yang duduk di sebelahnya.

Namun, Hakim Ketua Suwidyo mempertanyakan kenapa mereka meminta ganti. Karena jika uang itu dianggap sebagai pinjaman, harusnya keduanya membuat tanda terimanya.

"Kan tadi bilangnya pinjaman karena persahabatan. Berarti kalau persahabatan ya harus sudah siap dengan resiko pengkhianatan. Kan begitu," kata Hakim Ketua Suwidyo. Elant dan Edwin langsung menunduk dan terdiam mendengar pernyataan hakim Suwidyo.

BERITA REKOMENDASI

Sementara Hakim Aleksander Marwata sempat mempertanyakan apakah keduanya benar-benar tidak tahu tujuan Cornelis meminjam uang tersebut.

Apakah tak curiga, padahal pinjamannya sampai miliaran rupiah?

"Saya tidak curiga karena pinjaman sebelumnya selalu dikembalikan," kata Elant.

Elant dan Edwin mengaku sebagai pengusaha dan memiliki saham di perusahaan Cornelis, PT Berkala Maju Bersama.

Perusahaan itu bergerak di perkebunan kelapa sawit. Mereka menyatakan, Cornelis meminjam langsung uang itu pada 30 September 2013, atau dua hari sebelum penangkapan.

"Kami tidak berpikir hal ini dibuat untuk tidak baik," kata Edwin.

"Saya pikir untuk keperluan bisnis beliau. Baru tahu setelah kejadian. Setelah terekspos di media massa kami baru tahu uang itu dipakai untuk itu (menyuap Akil)," kata Elant.

Menurut Elant, pada 30 September dia diajak oleh Cornelis bermain bulu tangkis. Lapangan badminton itu terletak persis di depan rumah Cornelis. Setelah bermain, Cornelis mengutarakan niat ingin meminjam uang sebesar Rp 1 miliar.

"Dia menyampaikan ingin pinjam uang Rp 1 miliar tapi dalam bentuk Dolar. Saya sanggupi besoknya," ujar Elant.

Menurut Elant, keesokan harinya dia mengambil uang itu di Bank Central Asia Palangkaraya. Dia menarik uang sesuai permintaan Cornelis dalam dua mata uang. Yakni SGD 79 ribu dan USD 22 ribu. Lantas, uang itu dia masukkan ke dalam dua amplop terpisah. Kemudian, dia mampir ke rumah Cornelis dan menyampaikan duit itu. Tetapi, dia mengatakan tidak membuat tanda terima apapun buat pinjaman itu.

"Dia sering pinjam dan tidak pernah ada masalah karena selalu dikembalikan. Saya juga tidak minta tanda terima karena kepercayaan dan hubungan persahabatan sesama pengusaha," kata Elant.

Senada dengan Elant, Edwin mengaku ada permintaan Cornelis ingin meminjam uang dari dia sebesar Rp 1 miliar. Tetapi, uang yang dia berikan dalam bentuk mata uang Rupiah.

"Pak Cornelis menghubungi lewat telepon, mau pinjam uang. Saya posisi di Denpasar, tidak di Palangkaraya," kata Edwin.

Kemudian, Edwin memerintahkan kakaknya yang bernama Hari Mulia mengirim uang sesuai permintaan Cornelis ke perusahaan perdagangan valuta asing, PT Peniti Valasindo. Dia pun mengaku tidak membuat tanda terima pinjaman itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas