Ahli Tiga Bahasa, Harun Tembus Blokade Singapura
Harun berhari-hari tinggal di Pelabuhan Singapura, dan tak jarang ikut mondar-mandir Singapura-Tanjung Pinang.
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kendati hanya menjadi anggota, peran Tohir alias Harun bin Said sangat vital. Pengalaman Harun menjadi pelayan kapal dagang memudahkan aksi sabotase di Singapura. Ia berhari-hari tinggal di Pelabuhan Singapura, dan tak jarang ikut mondar-mandir Singapura-Tanjung Pinang.
Selain itu, Tohir yang mirip orang Tionghoa ini menguasai tiga bahasa, yakni bahasa Inggris, Cina dan Belanda. Kepiawaian Tohir ini memudahkan operasi penyusupan ke Singapura.
Aksi penyusupan dimulai 8 Maret 1965, saat malam telah tiba. Tohir, Oesman dan Gani menggunakan perahu karet untuk menuju Singapura. Mereka mengarungi Selat Malaka.
Beberapa kali, aksi mereka dipergoki kapal patroli perairan Singapura. Namun, saat patroli datang mereka sudah terjun ke laut. Mereka bersembunyi di balik perahu karet. Begitu, patroli Singapura berlalu, mereka kembali menaiki perahu karet menuju Singapura.
Mereka baru tiba di Singapura pada 9 Maret 1965 pagi. Perahu karet yang mereka naiki lalu disembunyikan di semak-semak. Mereka kemudian menyebar untuk memetakan lokasi sabotase.
"Sasaran mereka tidak ditentukan secara pasti. Mereka dapat menentukan sasaran sendiri yang dapat mendatangkan kerugian terhadap musuh," tulis Murgiyanto. (Bersambung-)