Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usman Muda Kepincut Militer Sejak SMP

Usman memiliki nama kecil di desa Tawangsari, Kelurahan Jatisaba, Kabupaten Purbalingga. Djanatin begitulah Usman kecil disapa.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Ade Mayasanto
zoom-in Usman Muda Kepincut Militer Sejak SMP
Dok Mabes TNI Cilangkap/Wahyu Aj/Dok Mabes TNI Cilangkap/Wahyu Aj
Foto-toro dokumen penyambutan jenazah Pahlawan Nasional Prajurit KKO Usman dan Harun yang namanya akan dijadikan Kapal Perang TNI AL. (Dok Mabes TNI Cilangkap/Wahyu Aji). 

Pendidikan berlangsung bertahap. Setiap siswa mengikuti pendidikan dasar militer di Gunung Sahari. Setelah itu, Djanatin cs mengikuti pendidikan amphibi di pusat latihan pasukan pendarat di Semampir. Dan akhirnya, pendidikan diadakan di Purboyo Malang Selatan, dalam bentuk Suroyudo. Usai pendidikan tersebut, Djanatin mendapatkan baret ungu dan menjadi punggawa dalam operasi Trikora.

Sukses mengikuti operasi Trikora. Djanatin pada April 1964 mendapat pelatihan khusus di Cisarua, Bogor. Pelatihan itu diadakan setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Dwikora pada 3 Mei 1964.

Pelatihan selama satu bulan itu dipimpin Mayor KKO Boedi Prayitno dan Letnan KKO Harahap. Di sinilah, Djanatin mendapat materi intelijen, kontra intelijen, sabotase, demolisi, gerilya, perang hutan dan lain-lain.

Djanatin sendiri merupakan satu dari 300 anggota yang mengikuti pelatihan khusus tersebut. Usai pelatihan, mereka ditugaskan di daerah Semenanjung Malaya (basis II) dan Kalimantan Utara (basis IV).

Djanatin berada di daerah Semenanjung Malaya, dengan sub basisnya berada di Pulau Sambu. Ia berangkat menuju pulau Sambu menggunakan kapal jenis MTB. Djanatin lalu bergabung dengan tim Brahma I di bawah komando Kapten Paulus Subekti. Di sinilah, Djanatin berkenalan dengan Harun bin Said alias Tohir dan Gani bin Arup. Keduanya merupakan anak buah Djanatin. Djanatin cs mendapat tugas melakukan sabotase di Singapura.

Namun, upaya Sabotase Djanatin cs di Singapura terbilang rumit. Konfrontasi Indonesia dan Malaysia, membuat kedua negara bersiaga di perbatasan. Untuk menembus blokade Singapura, Djanatin lalu memilih strategi menyamar. Untuk memuluskan aksi penyamaran, Djanatin pun menggunakan nama samaran, Usman. Nama Usman ini lalu disambungkan dengan nama ayahnya, Haji Muhammad Ali. Sedangkan Tohir menggunakan nama samaran Harun, atau lengkapnya Harun bin Said.

Penyamaran itu terbilang sukses. Mereka berhasil melakukan pengeboman di Macdonald House, Singapura. Aksi mereka menyebabkan tiga orang tewas dan 33 orang mengalami luka. (bersambung - )

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas