Indonesia Negara Kepulauan Namun Tidak Didukung dengan Sarana yang Memadai
Indonesia adalah Negara Kepulauan (archipelagic state) terbukti tidak didukung oleh sarana yang memadai
Penulis: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA –Tahun 1957 pemerintah Indonesia telah mendeklariskan diri sebagai Negara Kepulauan dengan apa yang dikenal sebagai “ Deklarasi Juanda “. Dalam deklarsi ini Indonesia mengklaim batas laut teretorial yang sebelumnya 3 mil diperlebar menjadi 12 mil dikukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau dari wilayah Negara Indonesia pada saat air laut surut
Namun menurut Dr Riwanto Tirtosudarmo peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI ) dalam diskusi panel serial ke lima yang diselenggarakan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti , Sabtu (15/2/2014) dengan tema “ Sistem Kemasyarakatan Dalam Kebudayaan Maritim Di Kepulaun Nusantara “ mengatakan dalam perkembangannya klaim tentang hal atas wilayah laut dan pernyataan bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan (archipelagic state) terbukti tidak didukung oleh sarana yang memadai misalnya peningkatan kapasitas angkatan laut secara memadai untuk merealisasikan klaim dari “Deklarasi Juanda”.
Bahkan kata Riwanto sumber kegagalan pembangunan menjadi bangsa yang adail dan makmur bersumber dari cara berpikir dari sebuah strategi yang sangat berorientasi dari darat (land based development strategy ) sangat jelas terlihat dari rencana pembangunan jembatan Selat Sunda yang menghubungkan antara Jawa dan sumatera. Implikasi dari pembangunan jembatan Selat Sunda ini adalah berlanjutnya dominasi Jawa dan transportasi ekonomi yang bersifat “land based””.
Dimana implikasi jangka panjangnya akan semakin memudarnya transportasi laut yang sesungguhnya harus dikembangkan yang seharusnya digunakan untuk membangun plabuhan-pelabuha besar dan industry perkapalan yang menjadi basis dari Negara Kepuauan .
Terkait dengan konsep MP3 EI menurut Riwanto yang saat ini menjadi blue print pembangunan nasional terlihat dengan jelas mengatakan bagaimana pembangunan infrastruktur industry akan berpusat di Jawa dan luar Jawa tetap menjadi pusat industri ekstratif yang hanya akan menguntungkan segelintir orang dan merunah pulau-pulau di luar Jawa secara perlahan –lahan menjadi gurun pasir.
Pentingnya peran Indonesia yang berorientasi pada pembangunan ke laut dari pada ke darat sempat disinggung juga okeh Prof Dr Bambang Wibawarta, betapa besarnya laut Indonesia yang bisa dikelola sebagi sumber pendapatan negara.
Bambang mencontohkan terkait dengan lalu lintas laut yang sangat ramai melalui perairan di Indonesia , setidaknya dalam satu tahun ada 63.000 kapal dengan muatan kapal 525 juta ton dengan nilai 890 miliar dollar Amerika melalui alur Selat Malaka, sementara 3500 kapal dengan nilau muatan 5 miliar dollar Amerika melewati Selat Sunda dan 3100 kapal melalui selat Lombok dengan nilai muatan 40 miliar dollar Amerika.
.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.