Erupsi Kelud dan Sinabung: Beda Bencana Beda Dampaknya
Pengungsi Sinabung dan Kelud punya trauma psikologis yang berbeda. Apa saja itu?
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir satu minggu pascameletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur. Penanganan bencana yang baik menyebabkan berkurangnya dampak psikologis untuk para korban, khususnya anak-anak dan kaum perempuan.
Biasanya di setiap wilayah bencana anak-anak dan perempuan menjadi pihak yang rentan mengalami trauma, karena secara psikolgis mereka lemah. Diennaryati Tjokrosuprihatono, psikolog menjelaskan besarnya bencana dan kerusakan yang disebabkan akan sangat berdampak pada psikologi korban.
“Untuk Kelud ini dampaknya agak berbeda dengan bencana lainnya. Kesiapan pemerintah daerah dan satgas bencana dalam mengantisipasi meletusnya Kelud sangat baik. Ini bisa mengurangi dampak psikologis bagi pengungsi. Hanya kebosanan, kesal, dan lelah yang mungkin dirasakan oleh pengungsi Kelud," ujar Dien.
Pemerhati anak-anak ini menambahkan, efek psikologis ini berbeda dari pengungsi Gunung Sinabung di kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Anak-anak dan perempuan disana merasakan dampak psikologis yang kuat dari bencana tersebut. Mengingat mereka sudah lama di tempat pengungsian dan penanganan dampak bencananya juga terlalu berlarut-larut.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Eka Viora menambahkan, untuk mengurangi dampak psikologi terhadap pengungsi, khususnya anak-anak sudah seharusnya tempat pengungsian disiapkan terlebih dahulu sebelum erupsi terjadi. Selain itu juga harus disiapkan sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan menggerakan seluruh SDM petugas kesehatan dan kader.