BNPT: WNI yang Bergabung ISIS Bisa Dicabut Kewarganegaraannya
Video Warga Negara Indonesia (WNI) yang mengajak umat Islam di Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ISIS menjadi perhatian banyak pihak.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Video Warga Negara Indonesia (WNI) yang mengajak umat Islam di Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ISIS menjadi perhatian banyak pihak. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ternyata telah menjalar ke berbagai negara.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menjelaskan persoalan ISIS tersebut. Ia mengatakan pemerintah Suriah telah menetapkan ISIS sebagai kelompok teroris. Begitu pula Iran yang meminta bantuan Amerika Serikat untuk menangkal serangan ISIS.
"Sekjen PBB serta negara-negara Eropa melarang keras warganya ke daerah tersebut," kata Ansyaad ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (1/7/2014).
Sehingga, kata Ansyaad, bila ada warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok tersebut bisa dikatakan anggota teroris. Apalagi, BNPT telah mendapatkan laporan di sejumlah daerah mengenai kegiatan berbaiat kelompok ISIS. Daerah itu meliputi Jakarta, Bima, Kalimantan dan Sulawesi.
"Baiat itu sumpah setia, bisa dicabut kewarganegaraannya. Kalau dia WNI, bisa dicabut, karena dengan baiat, yang bersangkutan mengangkat sumpah setia kepada negara asing," ujar Ansyaad.
Ia juga mengingatkan warga negara yang bergabung dalam kelompok itu melanggar hukum. "Di negara asalnya saja melanggar hukum," tuturnya.
Ansyaad mengatakan anggota ISIS di Indonesia melakukan baiat secara mandiri dengan melakukan sumpah setia kepada Khalifah ISIS, Abdullah Al Baghdadi. "Mereka, menyatakan niatnya tunduk dan taat kepada Al Baghdadi," katanya.
Ia lalu mencontohkan adanya keberadaan ISIS di Indonesia saat adanya unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia (HI) di bulan Maret 2014. Dimana terdapat bendera ISIS yang ikut dikibarkan disana. "Itu kelompok radikal," kata Ansyaad.
Selain itu adapula beberapa kelompok di Bima serta narapidana terorisme sekitar 20 orang yang bergabung dengan ISIS. Ansyaad juga menyebut adanya salah satu kampus di Ciputat yang diketahui menggelar aktivitas berbau ISIS. Namun, Ansyaad enggan menyebut nama kampus tersebut.
"Bukan kampusnya tetapi mereka menggunakan fasilitas kampus, ada ratusan, ini harus menjadi peringatan," imbuhnya.
Mengenai pendanaan ISIS, Ansyaad mengatakan kelompok tersebut merupakan kelanjutan Al-Qaeda. Ia menuturkan pendanaan memakai cara iuran. Namun, belum diketahui kelompok tersebut melakukan perampokan di Indonesia.
"Justru itu harus diwaspadai bila mereka kembali menggunakan cara merampok bank atau toko emas," ujar Ansyaad.
Mengenai adanya pesan berantai berisi ancaman bom usai lebaran dan pemilihan presiden, Ansyaad menduga isu tersebut dihembuskan oleh kelompok tertentu. "Mereka memanfaatkan situasi pertikaian politik pascapilpres untuk memperkeruh suasana," ujarnya.