Nelayan Sabang Tak Melaut Dua Pekan Pascapembatasan Solar
"Sering membeli solar untuk keperluan bahan bakar boat ke SPBU Tapak Gajah, tapi selalu tak dilayani karena alasan habis. Tapi mobil masuk dilayani."
Editor: Y Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, SABANG - Aktivitas nelayan berhenti total. Setidaknya itu dialami ratusan nelayan Gampong le Meulee, Kecamatan Suka Jaya, Sabang, Aceh. Kabarnya, sudah dua pekan mereka tidak bisa melaut menyusul pihak SPBU tidak melayani penjualan solar bersubsidi.
Panglima Laut Ie Meulee Saiful kepada Serambi, Jumat (15/8/2014) mengaku, nelayan tak hanya dibatasi tapi juga tak dilayani pihak SPBU ketika membeli soal untuk kapal mereka. Sementara becak yang membawa jeriken dalam jumlah besar tetap dilayani.
Radianto, salah seorang nelayan, mengaku tak bisa melaut dua pekan karena sulit mendapatkan solar di SPBU Tapak Gajah. Ia dan nelayan lainnya meminta pengelola SPBU Tapak Gajah tak pilih kasih terhadap pembeli. Solar sudah menjadi bahan bakar perahu nelayan.
"Saya sering membeli solar untuk keperluan bahan bakar boat ke SPBU Tapak Gajah, namun selalu tak dilayani dengan alasan habis. Tapi mobil yang masuk selalu dilayani. Begitu juga becak yang mengangkut jeriken dalam jumlah besar," sesal Radianto.
Terpisah, pengelola SPBU Tapak Gajah T Ari menegaskan tidak pernah membeda-bedakan konsumen. Hanya memang dalam berapa hari terakhir pihak SPBU membatasi pembelian solar, sesuai aturan pemerintah pusat yang hanya melayani mobil.
Kondisi ini dilakukan menyusul pengurangan kuota BBM solar bersubsidi untuk SPBU Tapak Gajah hingga 70 persen. Sebelumnya SPBU Tapak Gajah mendapat jatah 80 ton per bulan, tapi kini hanya 28 ton per bulan (1 ton/hari).
"Walau kuota sudah dikurangi kami tetap melayani nelayan, dan juga sangat tergantung ketersediaan solar. Sebab banyak dan sedikitnya stok solar di SPBU itu sangat tergantung jumlah mobil yang mengisi bahan bakar di SPBU," kata Ari. (Az)