Komoditas Tembakau Bisa Tangkal Virus Ebola
Profesor Sutiman mengatakan selain dinilai beraroma bisnis, membuat vaksin sebagai upaya pencegahan agar tak tertular virus ebola itu sangat mudah.
Penulis: Sanusi
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seluruh dunia boleh saja panik dengan serangan virus ebola yang sudah menewaskan 1.350 orang. Namun, seharusnya, Indonesia tak perlu panik. Karena di negeri ini, begitu banyak produk tanaman tembakau yang diperkirakan sebagai obat manjur untuk virus ebola.
Guru Besar Biocell Universitas Brawijaya, Profesor Sutiman mengatakan selain dinilai beraroma bisnis, membuat vaksin sebagai upaya pencegahan agar tak tertular virus ebola itu sangat mudah. Sejatinya bagi yang berpengetahuan cukup mudah saja mengubah racun menjadi obat.
Dia menambahkan, virus ebola itu memang sangat berbahaya dan mengerikan. Sesuai catatan WHO dari 1.716 kasus, 1.350 orang di antaranya tewas karena virus ini. Wabah besar virus ebola menjangkiti Afrika Barat, Brinee, Guenea Sierre Leone, Liberia, Negeria dan lain sebagainya.
Virus ebola menular lewat kontak badan atau ludah. Bila terjangkit bisa merusak sistem peredaran darah hingga pembuluh darah pecah. Indikasi orang terserang virus ebola itu, kata pendiri Rumah Sehat dengan Terapi Rokok ini, badan terasa panas selama dua hari hingga tiga pekan. Lalu tenggorokan sakit, otot pegal-pegal, kepala pusing, muntah-muntah, dan diare.
Akibat selanjutnya memang mengerikan karena kemudian diikuti penurunan fungsi hati dan ginjal, diikuti darah keluar dari pori-pori kulit.
"Namun, penyakit ini bisa dicegah menggunakan vaksin dari tembakau," ujar Sutiman.
Dia menjelaskan bahwa tembakau itu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Di antaranya bisa dipakai mengobati sakit perut dengan memasukkan asapnya lewat dubur. Selain itu bisa dibuat vaksin untuk mencegah virus ebola itu.
"Khusus virus ebola di dalam tanaman tembakau itu ada tobacco mozaic virus. Itu bisa disisipi gen anti bodi untuk anti ebola. Jadi, tanaman tembakau itu bisa memproduksi vaksin anti ebola. Itu memang mengagetkan banyak orang," jelasnya.
Tapi, lanjut dia, bagi orang yang tahu manfaat tembakau tidak merasa kaget lagi. Sebab, tembakau memang memiliki banyak manfaat. Makanya, dia sangat menyayangkan bila tobacco day diartikan sebagai hari anti tembakau. Sebab, yang benar menurut dia, hari tanpa merokok. Itu mengingat, tembakau bisa memberikan banyak manfaat untuk kesehatan. Sejarah mencatat, tembakau diketahui bermanfaat bagi kesehatan sejak abad 15.
Sutiman pun mengingatkan semua pihak, terutama pemerintah, tidak mudah termakan kampanye global yang bisa memusnahkan kekayaan hayati tembakau di Indonesia. Alasannya, Indonesia memiliki banyak varietas tembakau dan tidak ada di belahan dunia lain, seperti tembakau Madura, Jember, dan Temanggung.
"Nah, itu yang mestinya dipelajari, biar tidak rugi dalam jangka panjang sebagaimana yang sudah kita alami pada minyak kelapa. Jadi, kampanye terkait tembakau jangan ngawur, harus mencerdaskan. Sebab, tembakau itu manfaatnya banyak," katanya.
Karena itu, Sutiman siap membuat vaksin anti virus ebola itu bila memang Universitas Brawijaya dipercaya.
"Sebab, membuat vaksin itu mudah, tapi bagaimana mengembangkan dan memasarkannya itu tidak gampang. Permasalahannya kompleks, karena berkaitan dengan masalah bisnis secara global," tuturnya.
Sutiman mencium aroma bisnis di balik kehebohan virus ebola itu. Menurut dia, setiap ada isu kesehatan dipastikan muncul vaksin baru. Dia contohkan vaksin meningitis yang diwajibkan bagi jamaah haji dan orang yang hendak menunaikan umrah. Seperti halnya vaksin meningitis, dalam kasus virus ebola Indonesia juga bakal hanya menjadi pasar besar bagi industri farmasi global.