Staf Khusus Jero Wacik Hidup Sederhana
Pemanggilan I Ketut Wiryadinata oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengejutkan tetangganya
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemanggilan I Ketut Wiryadinata oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengejutkan tetangganya di Jalan Pisok, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.
Sementara Wiryadinata maupun keluarganya, tak berhasil ditemui di rumahnya yang termasuk wilayah RW 13, Kelurahan Pondok Ranji, itu.
Ketua RW13, Dwi Putranta Adi Jaya (61) mengaku terkejut saat mendengar kabar Wiryadinata diperiksa sebagai saksi oleh KPK terkait tindak pidana korupsi yang dilakukan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik.
"Saya terkejut. Setahu saya, dia orang baik, ramah, sederhana, dan nggak neko-neko. Kalau ketemu selalu menegur," katanya Adi saat ditemui Tribun di kediamannya, Jumat (12/9) siang. "Saya cerita apa adanya," imbuhnya.
Adi menjelaskan, Wiryadinata tinggal di perumahan di selatan Jakarta itu sejak sekitar tahun 1994. Adi terakhir bertemu dan berbincang dengan Wiryadinata pada hari pencoblosan pilpres 2014. Mereka bertemu di TPS 38 Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur.
Pantauan Tribun di lokasi, kemarin, kediaman Wiryadinata merupakan bangunan berlantai dua bercat putih. Rumah itu dibatasi pagar besi yang juga berwarna putih dan terkunci. Demikian pula pintu dan jendela rumah.
Dilihat dari celah pada pagar, garasi mobil di rumah tersebut juga tertutup rapat. Rumah Wiryadinata terletak di antara rumah-rumah berpagar tinggi dan tertutup.
Namun, rumah Wiryadinata terkesan lebih longgar karena sisi kanannya erupakan kebun pisang. Kemarin siang, satu-satunya aktivitas manusia yang terlihat adalah perbaikan rumah yang dilakukan oleh tiga tukang bangunan.
Mereka memperbaiki rumah yang menghadap tepat ke rumah Wiryadinata. Para tukang mengaku tak tahu tentang Wiryadinata maupun keluarganya.
Seorang petugas keamanan perumahan, Marta, mengatakan bahwa Wiryadinata termasuk warga yang rutin berangkat pagi dan pulang malam. "Jarang bergaul, tidak supel. Pergi pagi pulang malam," katanya
Marta yang sudah bekerja sebagai petugas keamanan perumahan sejak tahun 1994 itu mengungkapkan, Wiryadinata memberi uang tunjangan hari raya (THR) bagi tiga petugas keamanan perumahan sebesar Rp 300 ribu.
"Itupun baru tahun ini. Sebelumnya hanya Rp 150 ribu untuk kami bertiga," ucapnya.
Seorang warga Jalan Pisok juga mengatakan bahwa tak ada yang menonjol pada Wiryadinata. "Sudah lama dia tinggal di sini. Tapi saya sudah lama tidak melihatnya. Dia jarang keluar rumah. Orangnya biasa saja," kata warga yang tak bersedia menyebutkan namanya.
Seperti diberitakan, I Ketut Wiryadinata, staf khusus Menteri ESDM, telah dicegah ke luar negeri atas permintaan KPK. Pada Kamis (11/9) lalu, Wiryadinata, menjalani pemeriksaan di KPK. Ia menjadi saksi kasus korupsi yang tersangkanya Jero Wacik.
Seusai diperiksa, Wiryadinata membantah rapat fiktif yang dilakukan Jero Wacik untuk memperbesar Dana Operasional Menteri (DOM).
"Saya tidak mengerti penggunaannya apa. Saya tidak tahu. Kalau ada rapat, saya hadir bersama pimpinan, nggak ada rapat fiktif," ujarnya. Wiryadinata juga mengatakan bahwa Jero tidak pernah mengeluh tentang DOM yang Rp 120 juta per bulan.
Mengenai pemerasan yang diduga dilakukan Jero, Wiryadinata tidak tahu secara rinci. "Saya tidak tahu. Tapi saya sempat dengar kabar Pak Jero memeras perusahaan," katanya.
Wiryadinata juga mengaku bahwa ia dan Jero berkawan sejak SD. Mereka kemudian sama-sama kuliah di ITB. Bedanya, Wiryadinata merupakan mahasiswa jurusan ekonomi angkatan 1971 sedangan Jero merupakan mahasiswa jurusan teknik mesin Jero angkatan 1970.
Wiryadinata juga menjadi staf khusus Menteri Pariwisata dan Kebudayaan saat Jero Wacik menduduki posisi Menteri Pariwisata dan Kebudayaan.
KPK menetapkan Jero Wacik sebagai tersangka kasus pemerasan. Selain itu, Jero juga diduga memerintahkan diadakannya rapat-rapat fiktif untuk memperbesar dana operasional menteri (DOM).