Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menghidupkan Pariwisata Perlu Promosi Banyak Pihak

Sampai terbang ke Amerika untuk studi administrasi perhotelan, hati Wiryanti masih penuh keraguan.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Menghidupkan Pariwisata Perlu Promosi Banyak Pihak
Tribunnews.com/Fx Ismanto
Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia/Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pariwisata Wiryanti Sukamdani , Jumat (10/10/2014) berkunjung ke Kantor Tribun Jakarta. Tribunnews.com/Fx Ismanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Jika kamu mengambil studi teknik, siapa yang akan meneruskan bisnis saya di pariwisata?" Pertanyaan itu terus terngiang di telinga Sarwo Budi Wiryanti Sukamdani yang tak kuasa membendung petuah sekaligus perintah ayahnya.

Cita-cita Wiryanti untuk studi teknik belum sepenuhnya menumpul setelah sang ayah, Sukamdani Sahid Gitosardjono, memberi saran kepadanya.

Sampai terbang ke Amerika untuk studi administrasi perhotelan, hati Wiryanti masih penuh keraguan. Berbilang hari, berganti bulan, hati Wiryanti semakin teguh. Ia mulai jatuh cinta pariwisata di New York.

Sebagai anak pertama, Wiryanti ingin membuktikan dirinya mampu melanjutkan bisnis sang ayah, pengusaha sekaligus pemilik jaringan Hotel Sahid Jaya. Kini, kecintaannya tak hanya sekadar meneruskan warisan keluarga sejak 1960. Pariwisata sudah menjadi dunianya.

Lewat pariwisata ia ingin menghadirkan potensi yang dimiliki Indonesia tapi luput dari mata internasional yang selama ini tahu sebatas Bali.

"Pariwisata itu Sudah benar-benar menjadi my way of life," begitu kata Wiryanti yang kini dipercaya sebagai President ASEANTA (ASEAN Tourism Association) dan Wakil President AHRA (ASEAN Hotel & Restaurant Association).

CEO Sahid Jaya Hotel haqul yakin Indonesia akan terhidupi oleh sektor pariwisatanya jika dikelola baik.  Tengok saja wisata alam apa pun Indonesia miliki. Sayang, potensi sebesar itu belum tergarap dengan baik, padahal di negara maju ada yang hidup dari pariwisatanya.

Berita Rekomendasi

Sekian lama malang melintang sebagai pengusaha hotel dan restoran, Wiryanti menyadari Pemerintah belum serius mengembangkan pariwisata Indonesia yang penuh eksotika. Di sana-sini infrastuktur dan promosi dari pemerintah, swasta dan masyarakat kurang.

"Salah satu komponen Pariwisata itu promosi. Untuk mendatangkan satu wisatawan mancanegara ke Indonesia, kita butuh 10 dolar Amerika. Kalau kita menargetkan kedatangan 20 juta turis butuh 200 juta dolar Amerika. Itu untuk promosi tok," katanya.

Seringkali, sambung Wiryanti, promosi pariwisata untuk memancing turis asing datang ke Indonesia menguras banyak kocek.

Namun itu tak bisa dihindarkan. Menurut perhitungannya, pariwisata memang membutuhkan biaya promosi yang cukup besar.

Ia mengambil contoh bagaimana untuk mendatangakn 20 juta turis ke Indonesia membutuhkan 200 juta dolar Amerika. Jika dirupiahkan sektor pariwisata butuh Rp 2 triliun untuk promosi. Sementara anggaran kementerian terkait hanya Rp 1,2 triliun dalam setahun.

Angka sebesar itu jauh dari cukup karena anggarannya masuk di dalamnya untuk belanja karyawan kementerian dan belanja lainnya.

Sehingga anggaran promosi tersisa 30 persennya saja. Memang, pariwisata tak akan jalan jika swasta harus menunggu uluran tangan pemerintah.

Menurutnya, peran aktif seluruh elemen masyarakat dan kepala daerah dibutuhkan untuk menjadi promotor dan penyambung lidah bahwa daerahnya adalah lumbung pariwisata yan layak didatangi wisatawan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas