Pakai Kaus Kaki Bolong dan Jas Lusuh Masuk Mal
Saya lihat dia pakai kaus dengan jas yang lusuh. Saya langsung nyelonong dan salaman. Saat itu, saya lihat kaus kakinya bolong-bolong.
Editor: Y Gustaman
Mereka yang Berpeluang Jadi Pembantu Jokowi-JK (5)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika masih aktif di TNI, politisi PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin mendapat kesempatan menimba ilmu di Sorbonne University, Perancis. Suatu ketika, ia bertemu Presiden Perancis, Francois Mitterand. Pertemuan tak sengaja tersebut sangat berkesan.
"Waktu itu, dia jalan ke dalam mal dan hanya dikawal dua orang staf. Saya lihat dia pakai kaus dengan jas yang lusuh. Saya langsung nyelonong dan salaman. Saat itu, saya lihat kaus kakinya bolong-bolong," ujar purnawirawan jenderal bintang dua TNI yang akrab disapa Pak TB itu. "Jadi, betapa sederhananya dia, padahal Perancis negara yang kaya dan besar," kata Tb Hasanuddin kepada Tribunnews.com.
Sekian tahun kemudian, Tb menemukan sosok kesederhanaan tersebut pada diri Joko Widodo atau Jokowi. "Sudah saatnya Indonesia mempunyai pemimpin seperti Mitterand, yang tidak perlu diiring-iring (dikawal voorijder) ke sana ke mari. Tidak dikultuskan tetapi menjadikan dirinya sebagai masyarakat, berpikir untuk masyarakat, bekerja untuk masyarakat, dan menjadi bagian dari masyarakat," katanya. "Jujur, saya melihat sosok itu ada pada Jokowi," katanya.
Tb mengenal Jokowi sebagai Wali Kota Solo yang dipilih oleh PDI Perjuangan untuk diusung sebagai calon gubernur DKI. Setelah Megawati menunjuk Jokowi sebagai cagub DKI, TB dan beberapa anggota tim sukses PDI Perjuangan bolak-balik Jakarta-Solo untuk rapat bersama Jokowi.
Menurut Tb, tak ada perubahan pada Jokowi sejak menjabat Wali Kota Solo hingga Gubernur DKI. "Beliau pribadi yang sederhana dan tidak macam-macam. Ala kadarnya lah. Jadi, hidupnya, apa yang dipakai, apa yang diucapkan, yah... seperti itu adanya. Itu yang membuat saya salut terhadap dia," imbuh Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI Perjuangan itu.
Ia mendapat kesan Jokowi senang pemikiran-pemikiran praktis. Saat kampanye pilpres, Jokowi juga tidak mengeluh bila diminta mengikuti kegiatan yang diselenggarakan relawan. "Dia berpakaian biasa, cara ngomong, makan, dan cara menyapanya tidak berubah. Saat saya mendampinginya kampanye di Jawa Barat, saat lihat dia tidak berubah, tetap saja makan di pinggir jalan," kata Tb.
Jokowi cuek. Baju batik digulung, makan pakai tangan enggak cuci dulu, selesai makan baru cuci tangan. Kalau dicegat relawan juga tidak marah, padahal saya sudah cemberut. Orangnya ikhlas.
Wakil Ketua Umum Dulur Cirebonan itu mengaku tidak melihat sisi negatif Jokowi. "Bukannya saya mengultuskan dia, tapi sampai hari ini saya belum menemukan sisi negatifnya," ujarnya.
TB kembali mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk Jokowi. "Banyak orang bertanya, kenapa TB all out mendukung Jokowi saat pilkada dan pilpres. Apa berharap sesuatu?" ujar TB. "Demi Allah enggak," katanya.
Tb Hasanuddin disebut-sebut bakal mengisi posisi Menteri Pertahanan di kabinet mendatang. Pada rapat kerja Komisi I DPR dan TNI, Selasa (10/9/2014), seorang anggota DPR menggoda Tb Hasanuddin di depan para petinggi TNI. "Ini nih Pak Menhan kita nanti," ujarnya.
Tb hanya tersenyum untuk menanggapi guyonan tersebut. Ketika berjalan di lorong ruang rapat Komisi I, sejumlah awak media juga menggodanya. "Pak Menhan, Pak Menhan, apa kabar?" sapa wartawan. Tb pun hanya tersenyum.
Ia mengaku ikhlas membantu pemenangan Jokowi di Pilkada DKI serta Pilpres 2014. "Itu perintah partai," katanya. Tb mengaku dipanggil secara khusus oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk diberi amanat agar membantu Jokowi.
"Menjelang pilkada DKI, Ibu Mega minta, 'tolong menangkan Jokowi di Jakarta'. Lalu dipanggil khusus juga pada saat menjelang pilpres. Sebagai prajurit partai, saya mengikuti perintah, saya biasa diperintah, melaksanakan perintah," tuturnya.
"Saya beserta jajaran teman-teman di PDI Perjuangaan itu berjuang mati-matian. Die hard lah. Semua kami kerahkan. Tenaga, pikiran, bahkan, mungkin juga dana dan sebagainya. Semua itu hanya satu (motifnya), melaksanakan perintah harian Ketua Umum dan menetapkan Jokowi sebagai presiden ke-7. Selesai," kata Tb Hasanuddin.
Tb menegaskan, ia dan rekan-rekan separtainya melaksanakan tugas tersebut tanpa motif tertentu, termasuk motif mendapatkan jabatan menteri. "Kami tidak ada motif lain. Kami ikhlas, tulus. Itu tugas kami, tugas kader," ujarnya.
Secara pribadi, Tb juga menaruh asa pada Jokowi. Ia berharap mampu menuntaskan dua agenda besar reformasi yakni pemberantasan korupsi dan kesejahteraan rakyat. Menurutnya, penuntasan kedua agenda reformasi itu membutuhkan pemimpin baru mempunyai keberanian serta bisa membuat gebrakan. (Tribunnews.com/Abdul Qodir/Ferdinand Waskita)