Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politisi Golkar Anggap Jokowi Paksa Rakyat Telan Pil Pahit

Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR, Bambang Soesatyo mengatakan, baru belasan hari memerintah, Presiden Joko Widodo memaksa rakyat menelan pahit.

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Politisi Golkar Anggap Jokowi  Paksa Rakyat Telan Pil Pahit
TRIBUN/DANY PERMANA
Presiden Joko Widodo mengamati proses pemberian Kartu Keluarga Sejahtera dan Kartu Indonesia Sehat saat peluncuran kedua kartu tersebut di Kantor Pos Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014). Simpanan Keluarga Sejahtera akan dibagikan kepada kurang lebih 1 juta keluarga, sementara Kartu Indonesia Pintar akan dibagikan kepada 160.000 anak usia sekolah, dan untuk tahap pertama Kartu Indonesia Sehat diberikan kepada 4,5 juta individu di 19 kabupaten/kota di sembilan provinsi di Indonesia. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

 Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR, Bambang Soesatyo mengatakan, baru belasan hari memerintah, Presiden Joko Widodo langsung memaksa rakyat menelan pil pahit. Tidak menghiraukan aspirasi rakyat, Jokowi tampaknya tetap kekeh akan  menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat ini. (baca juga: Presiden Jokowi Belum Putuskan Kapan Kenaikan Harga BBM)

"Kebijakan Jokowi ini jelas-jelas menyakiti rakyat dan sulit diterima akal sehat. Pemerintah baru ini menaikkan harga BBM bersubsidi ketika harga minyak di pasar internasional sedang mengalami penurunan," kata Bambang dalam pesan elektroniknya, Selasa (4/11/2014).

Wakil Bendahara Umum Golkar itu menuturkan, APBN-P 2014 mengasumsikan harga minyak 105 dolar AS per barel, sementara harga minyak saat ini di kisaran 82 dolar AS per barel. Logikanya, kalau pun tidak mau menurunkan harga BBM bersubsidi, Jokowi setidaknya harus punya keberanian dan kemauan politik untuk mempertahankan harga pada level yang berlaku sekarang demi melindungi rakyat.

"Tetapi, alih-alih meringankan beban kehidupan rakyat, Jokowi tetap saja memilih cara instan menaikkan harga BBM bersubsidi untuk mengamankan APBN tahun berjalan. Dengan cara instan itu, rakyat lagi-lagi dipaksa berkorban," tuturnya.

Sebab, menaikkan harga BBM bersubsidi adalah tindakan yang tidak berpihak pada rakyat atau wong cilik. Ungkapan ‘Jokowi pro Rakyat’ kini terbukti sebagai slogan tanpa makna. Apalagi, tidak ada jaminan para menteri ekonomi dari Kabinet Kerja mampu meredam dampak negatif dari naiknya harga BBM bersubsidi.

"Kenaikan harga BBM akan diikuti dengan naiknya harga barang dan jasa, utamanya harga komoditi kebutuhan pokok dan tarif jasa angkutan penumpang pada semua moda transportasi. Ketidakmampuan para menteri meredam dampak negatif itu akan semakin menyengsarakan rakyat," katanya.

Berita Rekomendasi

Masih kata Bambang, bantuan non tunai lewat penerbitan berbagai 'Kartu Sakti' tidak akan mengurangi penderitaan warga miskin karena lonjakan harga barang dan jasa biasanya jauh lebih tinggi. "Inilah pil pahit dari Presiden Jokowi yang harus ditelan seluruh rakyat Indonesia," tandasnya. (baca juga: Kartu Indonesia Sehat, Jokowi Ingin Seluruh Warga Sehat)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas