Diberdayakan Dompet Dhuafa, Omzet Pedagang Bakso ini Meningkat
Ia mampu berdagang secara mandiri. Paimin biasa ia dipanggil. Paimin biasa mangkal di daerah Jati Padang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Pria bertubuh gempal ini sudah berdagang bakso sejak tahun 90-an. Awalnya, ia ikut saudara. Namun kini, ia mampu berdagang secara mandiri. Paimin biasa ia dipanggil. Paimin biasa mangkal di daerah Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan mulai pukul 16.00 hingga 21.00.
Awal memulai usaha, Paimin menghadapi berbagai kendala. Ia menuturkan, suatu hari geroba bakso milkinya terbakar karena jatuh waktu berangkat berjualan.
“Pada awal jualan dulu, sedih. Gerobak saya pernah terbakar, awal jualan memang belum pernah pengalaman jadi waktu itu karena jalan rame mobil di belakang nglakson saya kaget. Saya minggir ternyata jarak antara tanah dan aspal agak tinggi. Gerobak saya guling, waktu itu masih pake minyak tanah minyaknya tumpah langsung ngebakar gerobak,”kisah Paimin.
Suatu kali ia juga pernah tersenggol truk sehingga gerobaknya rusah parah. Beruntung, ia masih mendapat ganti rugi sebesar Rp 30 ribu. Saat itu harga gerobak masih Rp 20 ribu sehingga sisanya bisa menjadi modal kembalis.
Paimin merupakan salah satu penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa. Sejak Sepember 2013, ia bersama 100 pedagang bakso se-Jakarta Selatan bergabung dengan program Pedagang Tangguh yang merupakan kegiatan pemberdayaan pedagang bakso kerja sama Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa bekerja sama dan PT Miwon Indonesia. Program ini memberikan bantuan pelatihan keterampilan kewirausahaan dan modal berupa gerobak, kompor, tabung gas dan peralatan makan.
Bapak dua anak ini pun bersyukur menjadi salah satu penerma manfaat. Sebagai wujud syukur dan rasa senang ia berjalan kaki lima jam sambil mendorong gerobak barunya. “Saking senangnya dapet gerobak saya dan temen-temen dorong gerobak dari kantor miwon di Pulauggadung, Jakarta Timur sampai Pejaten Jakarta Selatan. berangkat jam 11.00 sampe rumah jam 16.00 ,” ujar pria asal Karanganyar ini.
Semangat itulah yang mendorong untuk berusaha lebih baik. Lambat laun usahanya semakin berkembang . “Dulu omzet sehari Rp 100-200 ribu, Alhamdulillah sekarang menjadi 500-700 ribu per hari. Itu mulai dari jam 4 sore, istri saya juga jualan di rumah” ungka nya dengan semangat. Istrinya juga berjualan bakso di rumah memanfaatkan gerobak yang lama.
Masih ada keinginan yang ia pendam untuk memiliki kios bakso sendiri. Ia ingin mengajak kedua menantunya untuk patungan modal memulai usahanya.