Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Sikap Ical, MS Hidayat : Politik Itu Dinamis

Ketua Harian Partai Golkar versi Munas Bali MS Hidayat menanggapi sikap Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie alias Ical

Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Sugiyarto
zoom-in Soal Sikap Ical, MS Hidayat : Politik Itu Dinamis
TRIBUN_BALI/RIZAL-FANANY
Politisi Partai Golkar, MS Hidayat 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat Patutie

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Harian Partai Golkar versi Munas Bali MS Hidayat menanggapi sikap Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie alias Ical yang disebut-sebut tidak konsisten dalam menghadapi Perppu Pemilihan Kepala Daerah.

Menurut dia, politik itu bisa saja berubah-ubah untuk mencari sesuatu yang bisa mengcover kepentingan partai.

"Ada beberapa pertimbangan yang diambil. Tapi kan juga melihat sejarahnya bahwa dulu juga ada kesepekatan yang ditandatangani," kata dia di Kantor DPP Partai Golkar, di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (10/12/2014).

Sebagaimana diketahui, dalam Munas IX Partai Golkar di Bali Aburizal menyatakan menolak Perppu tentang pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Semalam, Ia berubah sikap dan menyatakan mendukung Perppu Pilkada. Dalam akun twitter-nya, Aburizal menjelaskan kronologi mengenai alasan Partai Golkar versi Munas Bali yang kini mendukung Perppu.

Aburizal mengakui bahwa ada kesepakatan yang dibuat oleh enam partai untuk mendukung Perppu Pilkada.

Berita Rekomendasi

Kesepakatan itu juga mencakup kerja sama keenam partai tersebut dalam memutuskan kepemimpinan di Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Budayawan Sujiwo Tedjo menilai bila niat semua orang hanya sekedar mencari kekuasaan, mau diterapkan Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang (Perppu) Pemilihan Kepala Daerah secara langsung atau tidak ada bedanya.

"Sebetulnya kita pulang kan kepada niat kita," kata Sujewo saat ditemui.

Menurut Sujiwo, dengan pilkada langsung akan menguntungkan banyak pihak seperti tukang sablon, tukang bemo, atau angkot-angkot, percetakan kertas, tukang baliho, dan iklan-iklan untuk media massa. "Pilkada langsung memang yang hidup banyak," ujarnya.

Selain itu, Ia menyebutkan, pilkada langsung akan semakin berbahaya, sebab hanya dianggap bisa dimainkan oleh orang-orang yang semua orang tidak tahu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas