Jika SBY Tak Ikut Bursa Ketum Demokrat, 'Gajah-gajah' Bisa Berkelahi
"Akhirnya balik lagi tokoh kuat seperti otoriter. Daripada pecah, balik saja ke SBY, ya jelek sih sebenarnya," kata Hamdi.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus menguat mengisi posisi Ketua Umum Demokrat. Pakar Psikologi Politik Hamdi Muluk memprediksi partai berlambang bintang mercy itu akan terpecah bila persaingan calon ketua umum dibuka.
"Akhirnya balik lagi tokoh kuat seperti otoriter. Daripada pecah, balik saja ke SBY, ya jelek sih sebenarnya," kata Hamdi dalam diskusi Cyrus Network di Jakarta, Minggu (21/12/2014).
Hamdi menilai internal Demokrat sedang gamang bila persaingan calon ketua umum dibuka tanpa melibatkan SBY. "Kalau SBY enggak ikutan empat sampai tujuh gajah (elit partai) berantem sendiri," kata Hamdi.
Menurut Hamdi, generasi tua sudah tidak ideal memimpin partai. Di dunia internasional, partai telah terinstitusional melalui sistem meritokrasi. Partai politik juga mendapatkan donasi dari publik.
Sehingga bila melupakan masyarakat maka partai politik dapat kehilangan kepercayaan. Ia mencontohkan Australia dimana partai dibiayai negara. "Ketika didanai, mereka bertanggungjawab, dana kampanye dilaporkan setelah diaudit," ujarnya.
Selain itu, Hamdi juga beperndapat partai politik di Indonesia dikurangi. Paling banyak partai politik berjumlah tiga saja. "Jadi partai bisa memilih spektrum ideologi," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.