Pencapresan Jokowi Bikin Gerindra Patah Hati
Prabowo sempat kecewa dengan sikap PDI Perjuangan yang mengusung Jokowi sebagai calon presiden. Hubungan mesra Gerindra dan PDI Perjuangan berakhir.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Prabowo Subianto kembali melambung dalam perhelatan Pemilu 2014. Mantan Danjen Kopassus itu kembali mendeklarasikan diri bertarung pada Pilpres 2014, yang lima tahun sebelumnya maju bersama Megawati Soekarnoputri.
Prabowo sempat kecewa dengan sikap PDI Perjuangan yang mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden. Hubungan mesra antara Gerindra dan PDI Perjuangan yang menjadi partai oposisi pada era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berakhir.
Pilkada DKI Jakarta menjadi puncak kedekatan keduanya. Saat itu, PDI Perjuangan dan Gerindra yang mengusung Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Pasangan ini merontokkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Mendekati Pilpres 2014, PDI Perjuangan justru mengusung Jokowi sebagai calon presiden yang saat itu namanya menjadi media darling. Konsekuensinya Jokowi harus menonaktifkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Gerindra kemudian mengungkit perjanjian Batutulis, Bogor. Perjanjian tersebut dibuat saat Megawati dan Prabowo berduet pada pilpres 2009. Perjanjian itu berisi dukungan PDI Perjuangan untuk Gerindra kala mengusung Prabowo sebagai capres pada pilpres 2014.
PDI Perjuangan tidak membantah adanya perjanjian tersebut. Tetapi mereka menyebutkan perjanjian itu terlaksana bila pasangan Megawati-Prabowo menang dalam Pilpres 2009. Nyatanya, Megawati-Prabowo kalah dari SBY-Boediono.
Enggan berlarut-larut dalam polemik perjanjian Batutulis, Prabowo akhirnya memilih Hatta Rajasa sebagai pendampingnya di Pilpres 2014. Mereka lalu menamakan Koalisi Merah Putih bagi partai-partai pendukunganya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.