Laksamana Dr. Marsetio Sukses Membawa Perubahan di TNI AL
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati memuji Laksamana Dr. Marsetio
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati memuji Laksamana Dr. Marsetio. Menurutnya, selama menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut, berhasil membawa perubahan komprehensif diinternal TNI AL Marsetio, ungkap Nuning, penggagas program pembangunan pendidikan sumber daya manusia (SDM) di AL.
"Karena itu perwira-perwira TNI AL ke depan tidak saja memiliki kemampuan tempur yang kuat, tapi juga memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni," kata Nuning, Rabu (7/1/2015).
Ia mengaku terharu atas suasana serah terima jabatan Marsetio kepada KASAL baru, Laksamana Madya Ade Supandi. Sertijab sekaligus pelepasan Marsetio yang dilakukan di Dermaga Ujung Surabaya dengan inspektur upacara Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko sehari sebelumnya.
Nuning kembali memuji,Marsetio berhasil membawa TNI AL untuk bekerja dengan visi the world class navy . Marsetio paham, menjadikan TNI AL yang world class navy. Yang tentunya membutuhkan dukungan anggaran, regulasi, prajurit dan komponen tenaga pendidik yang mumpuni.
Karena itu, lanjut Nuning, pendidik harus memiliki karakter yang meliputi, pengetahuan (knowladge of subject), kepribadian (attitude), kemampuan memimpin (leader ability) dan kemampuan memberi instruksi (knowledge of teaching techniques).
"Dengan komponen ini, bagi lembaga pendidikannya, TNI AL bisa mendidik dan mencetak sumber daya manusia yang handal dan profesional dibidangnya, hingga ke depan mampu menuju world class navy atau Angkatan Laut berkelas dunia," ungkap Nuning.
Marsetio, kelahiran Jakarta, 3 Desember 1956, dilantik sebagai Kasal oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara pada 17 Desember 2012 lalu. Ia merupakan lulusan terbaik dalam berbagai pendidikan yang pernah diikutinya, di antaranya Akademi Angkatan Laut tahun 1981 dengan Bintang Adhi Makayasa, lulusan terbaik Seskoal tahun 1996 dengan tanda penghargaan Dharma Wiratama, lulusan terbaik Sesko TNI tahun 2001, dan Lemhannas dengan tanda penghargaan Wibawa Seroja Nugraha KRA 37/2004.
Doktor lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini masih menyempatkan diri untuk berbagi ilmu dan pengetahuan. Di antaranya sebagai dosen di Naval War Collage USA, di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, di Sesko TNI, di Lemhannas, serta dosen di berbagai perguruan tinggi seperti di Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL), Universitas Pertahanan (Unhan), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjung Pinang, serta Universitas Hang Tuah Surabaya.
Nuning yang juga penulis buku Komunikasi dan Kinerja Intelijen Keamanan ini menambahkan, gagasan Marsetio dapat dilihat dari bukunnya, Sea Power Indonesia. Dalam buku tersebut dipahami bahwa sea power, imbuh Nuning, tidak berarti hanya armada kapal perang saja. Akan tetapi juga mencakup seluruh potensi kekuatan maritim nasional, seperti armada niaga, armada perikanan, industri dan jasa maritim, serta masyarakat maritim dan lain-lain.
Dalam buku yang dimaksud, Nuning menambahkan, Marsetio seakan memberi penyadaran, Indonesia haruslah memiliki kekuatan AL yang memadai dan proporsional. Konsep ini juga bisa dimaknai sebagai suatu negara untuk menggunakan dan mengendalikan laut (sea control) serta mencegah lawan dengan menggunakannya (sea denial).
"Sea power akan memiliki multiplier effect bagi kejayaan negara kepulauan. Kekuatan laut ini memiliki peran sentral dalam menentukan posisi Indonesia dalam kancah global. Ini adalah kekuatan yang tak tertawarkan lagi," ujarnya.
TNI AL, menurutnya, bukan hanya mengurusi penenggelaman kapal saja. Urusan TN AL harus lebih luas lagi. Termasuk, menjadi duta bangsa dan menjaga kedaulatan NKRI, terlebih bangsa Indonesia adalah bangsa maritim.