Pengangkatan Bodi Pesawat AirAsia QZ8501 Jangan Tunggu Air Mata Keluarga Korban Habis
Jangan sampai air mata mereka habis. Kasihan keluarga sudah sangat menanti-nanti," kata Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN - Tim SAR gabungan tengah disibukkan pencarian ekor pesawat dan kotak hitam atau black box AirAsia QZ8501 di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi yang memimpin pencarian di Posko Lanud Iskandar, Pangkalan Bun mengatakan, yang seharusnya menjadi fokus pencarian adalah korban atau jenazah yang diperkirakan masih banyak terperangkap di dalam badan atau main body pesawat.
Apalagi, pihak keluarga sudah hidup dalam kecemasan dan kesedihan selama 14 hari karena menantikan kejelasan nasib anggota keluarga yang ada di pesawat tersebut.
"Kalau body pesawat ditemukan, korban bisa segera terangkat dan dievakuasi sehingga keluarga korban air matanya tidak habis. Jangan sampai air mata mereka habis. Kasihan keluarganya sudah sangat menanti-nanti," ucap Supriyadi di Posko Pencarian Lanud Iskandar, Pangkalan Bun itu.
Pria berkulit kelam yang kerap melaksanakan tugas search and rescue itu mengaku turut merasakan kecemasan dan penantian pihak keluarga korban.
"Mereka sudah 14 hari menunggu kapan jenazah tiba. Kami dorong supaya bisa ditemukan kerangka body pesawat itu. Sehingga korban bisa diangkut dan dievakuasi," tutur Supriyadi.
Menurut Supriyadi, fisik ekor pesawat dan black box bisa bertahan. Namun, tidak demikian dengan kondisi jenazah yang terperangkap di dalam badan pesawat dan terendam air laut.
"Kalau korban kan makin hari makin hancur tubuhnya. Tulangnya mungkin makin betebaran sehingga menyulitkan tim forensik," ujar Supriyadi yang menjadi pengendali dari 500 personel dan 60 armada Basarnas di Posko Pencarian Lanud Iskandar itu.
Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang mengangkut 155 penumpang dan 7 awak jatuh di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalteng pada Minggu, 28 Desember 2014.
Sebagian besar penumpang merupakan warga Indonesia dan berasal dari Jawa Timur. Pihak keluarga korban terus berdatangan hingga menginap di Bandara Juanda Surabaya dan RS Bhayangkara Polda Jawa Timur selaku tempat identifikasi, untuk menantikan kejelasan nasib anggota keluarga mereka.
Baru tiga hari kemudian diketahuinya area jatuhnya pesawat dengan ditemukannya jenazah penumpang, barang penumpang dan serpihan pesawat yang mengapung di permukaan laut.
Hingga memasuki hari ke-15 masa pencarian pada Minggu (11/1/2015), baru 48 penumpang dan awak pesawat yang berhasil ditemukan. Sebagian besar penumpang dan awak lainnya diperkirakan masih terperangkap di dalam badan pesawat di dasar laut berlumpur.
Sementara itu, temuan ekor pesawat tak diikuti dengan temuan black box di dalamnya. Diperkirakan komponen penting yang menyimpan data penerbangan dan bisa mengungkap penyebab jatuhnya pesawat itu terlepas dari ekor pesawat itu.