Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Parpol Perlu Penyegaran dan Regenerasi

Di awal tahun 2015, selain masih diliputi cuaca buruk juga diwarnai dengan musim partai politik menggelar kongres dan pemilihan ketua umum.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Parpol Perlu Penyegaran dan  Regenerasi
TRIBUNNEWS.COM/RACHMAT HIDAYAT
Pakar Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di awal tahun 2015, selain masih diliputi cuaca buruk juga diwarnai dengan musim partai politik menggelar kongres dan pemilihan ketua umum. Selain Partai Golkar yang tengah sibuk dengan rencana islah untuk mencari ketua umum baru hasil kompromi, Partai Amanat Nasional/PAN, Partai Demokrat hingga PDI Perjuangan juga siap menggelar hajatan kongres.

Uniknya, hampir semua partai sepakat untuk mengedepankan aklamasi dan tetap mempertahankan sosok ketua umum lamanya.

Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi melihat terjadinya krisis kepercayaan dan masih mengagungkan politik dinasti dan patronisasi. PDIP terkesan tidak akan melepas trah Soekarno, demikian juga Demokrat sulit lepas dari bayang-bayang Soesilo Bambang Yudhoyono serta PAN galau jika ditinggal Hatta Radjasa.

"Dalam proses perkembangan demokrasi dan modernisasi partai, hal tersebut harusnya dihindarkan mengingat partai bertumbuh berdasarkan sistem dan mekanisme yang kokoh. Tetapi memang itulah wajah manajemen partai politik di negara yang baru merangkak dari demokrasi yang tengah berproses butuh waktu dan proses internalisasi di dalam tubuh partai," ujar Ari Junaedi, Kamis (25/1/2015).

Menurut pengajar Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) ini, jika sosok "Dia Lagi Dia Lagi" yang menjadi ketua umum partai maka sudah bisa dipastikan tidak terjadi regenerasi kepemimpinan dan regenerasi pemikiran.

"Gerak partai menjadi lamban, revolusi pemikiran menjadi utopia dan kader-kader partai menjadi sibuk menjilat ketua umumnya. Harus diakui, tingkat pemikiran dari sosok ketua umum lama menjadi tidak berani untuk melakukan terobosan karena wajar secara alamiah mengalami kemerosotan seiring dengan bertambahnya usia. Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya," paparnya.  

"Langkah terbaik adalah introspeksi untuk tahu kapan harus menyerahkan estafet kepemimpinan kepada sosok lain yang lebih mampu. Matang secara usia dan kenyang pengalaman,"urai Ari Junaedi yang juga dosen di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas