Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PPATK: Jokowi Mesti Legawa Bilang Minta Maaf

"Dia harus legawa, berani bilang, 'Saya minta maaf'," kata Yusuf, Kamis (15/1/2015).

Editor: Rendy Sadikin
zoom-in PPATK: Jokowi Mesti Legawa Bilang Minta Maaf
TRIBUNNEWS.COM/Andri Malau
Diskusi Publik ?Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pemilu Presiden? yang digelar ICW, di Jakarta, Senin (15/12/2014). Turun sebagai pembicara Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Daniel Zuchron (ber kacamata) Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny Franky Sompie dan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ( PPATK) Muhammad Yusuf. TRIBUNNEWS.COM/Andri Malau 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muhammad Yusuf berharap agar Presiden Joko Widodo menunjukkan sikap kenegarawanan dengan urung melantik Komisaris Jenderal (Pol) Budi Gunawan sebagai Kepala Polri.

Hal itu disampaikan Yusuf terkait proses penetapan Budi sebagai calon Kapolri. Meski Budi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji, Jokowi belum mengambil sikap untuk melantik Budi atau membatalkan penetapannya.

"Dia harus legawa, berani bilang, 'Saya minta maaf'," kata Yusuf, Kamis (15/1/2015).

Menurut Yusuf, Jokowi telah keliru menggunakan referensi data sebelum menunjuk Budi sebagai calon tunggal Kapolri. Data yang digunakan Jokowi adalah rekomendasi Komisi Kepolisian Nasional berdasarkan penyelidikan Polri pada 2010.

Adapun data yang diperoleh oleh PPATK pada Agustus 2014 menunjukkan ada ketidakwajaran dalam hal kekayaan Budi.

Temuan PPATK yang diberikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi pada Agustus 2014 itu, dan data lain yang dimiliki KPK, menjadi dasar KPK untuk menjerat Budi sebagai tersangka dugaan penerimaan hadiah ataupun janji.

Kini Budi tinggal selangkah lagi menuju kursi pimpinan Bhayangkara. Kemarin, Dewan Perwakilan Rakyat telah sepakat dengan pemerintah untuk mengangkat Budi sebagai Kapolri.

Berita Rekomendasi

"Bola panas" kini ada di tangan Jokowi, apakah ia akan tetap melantik Budi atau membatalkannya dan menunjuk calon baru.(Laksono Hari Wiwoho)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas