Ratna Mutiara Siap Mati Demi Bambang Widjojanto
Ratna menyatakan siap menjadi saksi meringankan untuk Wakil Ketua KPKBambang Widjojanto
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Budi Prasetyo
Ratna Mutiara Siap Mati Demi Bambang Widjojanto
* Dampak Penahanan ke Keluarga
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA- Penahanan Ratna selama lima bulan di Jakarta berdampak pada keluarganya di kampung halaman. Bahkan, sang suami sampai sakit-sakitan.
"Ada, suami saya sempat sakit. Anak saya sempat pingsan waktu saya dibawa. Cuma saya sudah bilang ke penyidiknya kalau saya dibawa dan ibu saya yang sudah tua sampai sakit dan meninggal atau sampai terjadi apa-apa, maka dosanya saya minta penyidik menanggunya," tuturnya.
Untung saja tiga anak Ratna bisa tabah dan tegar atas 'musibah' tersebut. "Keluarga saya menerima kalau saya bukan penjahat. Mereka sangat mendukung saya," ujarnya.
* Pasrah
Ratna menegaskan kesaksiannya di persidangan MK tentang adanya bagi-bagi uang dan kartu jaminan pendidikan, kesehatan hingga pekerjaan dari pihak cabup-cawabup Sugianto Sabran-Eko Sasono ke sejumlah warga adalah berdasarkan apa yang ia dengar, lihat dan rasakan.
Menurutnya, adanya bagi-bagi uang tersebut diketahui dari pengakuan sejumlah warga. Sementara tentang kartu jaminan diketahuinya dengan mata kepala sendiri.
Ia menegaskan keterangannya di MK pada saat itu tanpa ada intervensi atau pun arahan dari Bambang Widjojanto selaku kuasa hukum penggugat hasil Pilkada Kobar, Ujang Iskandar-Bambang Purwanto.
Ia pun merasa tidak pernah bertemu dengan Bambang Widjojanto sebelum persidangan.
Karena itu, dengan ditetapkannya Bambang Widjojanto menjadi tersangka pengarah kesaksian palsu para saksi sidang tersebut, Ratna menyatakan siap menjadi saksi meringankan untuk Wakil Ketua KPK itu.
"Kemarin saya menjadi saksi itu karena gugatan Ujang Iskandar atas hasil Pilkada Kobar. Kalau BW meminta saya menjadi saksi melalui Ujang, saya siap," ujarnya.
Meski begitu, Ratna mengharapkan 67 saksi lainnya juga diikutsertakan menjadi saksi untuk Bambang. "Saya tidak bisa berjalan seorang diri. Kalau saya maunya BW bisa bebas total dan penyidikannya selesai," tuturnya.
Tak ada rasa takut atau khawatir dibunuh pada diri Ratna jika kelak menjadi saksi untuk Bambang Widjojanto. Ia sudah memasrahkan hidupnya kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
"Rezeki maupun jodoh sudah ada yang mengatur. Kalau kita sebagai manusia lari ke sana (Tuhan), pasti Allah akan memberikan jalannya. Allah Maha segalanya," ucapnya lirih.
"Insya Allah saya siap. Kalau saja saat menjadi saksi itu saya sampai masuk ke lobang cacing (dimakamkan,-red), saya sudah siap dan saya akan bahagia," imbuhnya.
Ratna pun tidak khawatir sedikit pun dengan kembali 'muncul' di media massa dan memberikan dukungan untuk Bambang Widjojanto seperti saat ini.
Menurut Ratna, dirinya berani memberikan dukungan ini bukan karena seorang Bambang Widjojanto. Melainkan demi menyampaikan sebuah kebenaran. Selain itu, tugas seorang wakil ketua serta KPK secara kelembagaan dalam pemberantasan korupsi adalah lebih penting bagi bangsa dan negara.
"Anak-anak saya juga sudah siap. Mereka sudah biasa. Sebab, sebelum-sebelumnya setiap ada masalah di Pangkalan Bun, pasti dihubungkan dengan saya. Jadi, orang-orang di keluarga dan tetangga sudah 'kebal'. Tadi tetangga juga pada datang dan biasa saja," tuturnya.
Bahkan, Ratna mempersilakan bagi orang-orang yang keberatan dengan dirinya ini untuk melayangkan gugatan. Ia yakin Tuhan akan memberi kejelasan yang benar dan salah.
"Saksi yang dulu menjatuhkan saya saja sudah datang meminta maaf. Sebagian saksi ada yang sakit dan meninggal," ucapnya.
Ia menambahkan, Bupati Ujang Iskandar dan wakilnya, Bambang Suparno tidak mengintervensinya sejak Bambang Widjojanto ditangkap pihak Bareskrim Polri dan kasusnya terkait kasus lamanya.
"Saya sekali ditelepon Ujang Iskandar. Dia cuma bilang, kalau kita benar, yah kita harus tegar dan berusaha tetap memunculkan kebenaran. Saya sebelumnya juga pernah SMS pak Ujang semisal kalau ada jalan rusak," ungkapnya.
Ratna Mutiara (52) dan suami, Samlawi (57) yang berasal dari Jakarta mengikuti program transmigrasi pada 1990.
Kini, keduanya yang dikarunai tiga anak tinggal damai di sebuah rumah kayu berukuran 10x12 meter persegi di Desa Sumber Agung, Pangkalan Banteng, Kobar. Tiga buah hatinya, yakni Aris (30), Angga (24) dan Desi (20).
Keseharian Ratna dan suami bekerja sebagai penyadap karet. Selain itu, Ratna juga menjadi guru mengaji, pengurus pengajian, TPA hingga dipercaya menjadi bendahara RT dan desa.
* Sarankan Sugianto dan Eko Ikut Pilkada Lagi
Ratna menyadari kasus lamanya yang terkait Bambang Widjojanto berimbas pada konflik antar-lembaga Polri dan KPK.
Ia mengharapkan kedua lembaga penegak hukum tersebut bisa mencari solusi terbaik sehingga tidak meresahkan masyarakat.
"KPK dan Polri kan bisa duduk bersama tanpa ada diskriminasi sehingga masyaraka kita bisa hidup tenang dan nyaman," tuturnya.
Sementara, untuk Sugianto Sabran selaku pelapor kasus yang menjerat Bambang Widjojanto, Ratna mengharapkan bisa menerima kenyataan dan memaafkan dirinya. "Kalau misalnya Sugiato dan Eko merasa masih merugi karena kesaksian saya, kan sudah dibayar dengan saksi masuk penjara selama 5 bulan," ujarnya.
Bahkan, akibat pelaporan Sugianto juga sudah membuat Bambang Widjojanto pun menjadi tersangka hingga bersedia mengundurkan diri dari KPK. "Jadi, sudah lah jangan lagi ada saling tuduh, kan dampaknya masyarakat yang merasakan," ujarnya.
Selain itu, Ratna pun menyarankan agar Sugianto Sabran dan Eko Sasono maju kembali dalam Pilkada Kobar pada 2016.
"Jangan mempermasalahkan yang lalu-lalu lagi. Lagipula masa jabatan Ujang dan Bambang sebentar lagi akan selesai. Apa salahnya mereka ikut lagi pilkada. Kalau mau menyalahkan saya, kan ada saksi jumlahnya 68 orang itu," tuturnya. (coz)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.