Pemuka Agama Hindu Ajak Umat Merenung dan Introspeksi Diri
Pemuka agama Hindu, I Wayan Kantun Mandara mengimbau kepada para umat Hindu untuk merenung dan melakukan introspeksi diri.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pada hari Sabtu (21/3/2015), umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937. Pemuka agama Hindu, I Wayan Kantun Mandara mengimbau kepada para umat Hindu untuk merenung dan melakukan introspeksi diri.
“Mari kita merenung ke dalam agar apa yang nanti setelah direnungkan memberikan vibrasi ke luar dengan positif. Itu makna yang diambil ke jati diri karena bagaimanapun juga Nyepi itu konsepnya kembali ke introspeksi. Kembali ke jati diri siapa kita sebenarnya,” tuturnya ditemui di Pura Aditya Jaya, Sabtu.
Pura Aditya Jaya di Rawamangun, Jakarta Timur menjadi salah satu tempat yang menjadi pusat peribadatan di DKI Jakarta. Berbeda dibandingkan di Pulau Bali, dimana umat dapat beribadat di rumah masing-masing selama Brata Penyepian.
Maka di luar Pulau Dewata tersebut, kata I Wayan, umat dapat beribadat di Pura. Menurut dia, ini tidak menjadi masalah karena di dalam konsep ‘Desa Kala Patre’ atau konsep tempat, waktu, dan keadaan, telah dilakukan penyesuaian.
Misalnya, dia menjelaskan dirinya yang tinggal di asrama Brimob Kwitang karena situasi di asrama tidak kondusif untuk melakukan nyepi, maka dia memilih beribadat di pura.
“Maka, saya mencari jalan dan tempat terdekat. Dimana? Di Pura Rawamangun ini. Semua umat yang tidak punya tempat suci akan ke Pura. Itu yang dilakukan agar maksimal melakukan tahapan Brata Penyepian,” kata dia.
Sebelum melakukan tahapan Brata Penyepian, ratusan umat Hindu di Jakarta menggelar Tawur Agung Kesanga 2015, Jumat (20/3/2015), sebagai prosesi penyucian diri sebelum memasuki Catur Brata penyepian pada besok hari.
Pelaksanaan tawur Agung Kesanga 2015 ini digelar di kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat. Dimana ratusan masyarakat Hindu membawa sesajen atau seserahan untuk menyucikan diri.
Usai upacara Tawur Agung Kesanga, keesokan harinya umat Hindu di Jakarta menghentikan seluruh aktivitas. Mereka melaksanakan Catur Brata selama satu hari penuh.
I Wayan menjelaskan ada beberapa hal yang tidak diperbolehkan selama melakukan Brata Penyepian. Keempat atau ‘Catur Brata’ Penyepian terdiri dari amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
“Kalau konsep Catur Brata Penyepian di seluruh Indonesia sama. Cuma, berbeda karena di Pulau Bali kondisi memungkinkan umat Hindu tidak bepergian ke Pura karena di rumah sudah punya pura masing-masing,” ujarnya.
“Kalau di Jakarta tidak ada tempat suci, itu makanya umat di luar Pulau Bali paling cocok mendekatkan diri di Pura,” katanya.