Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Merdeka Dengan "Serius"

Peristiwa tersebut dalam perspektif ekonomi perilaku disebut region beta paradox.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Merdeka Dengan
Tribunnews.com/Herudin
Presiden Joko Widodo 

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

DARI titik nol di pulau Sabang kepala negara mencanangkan program Ayo Kerja sebagai tagline memperingati 70 tahun dirgahayu kemerdekaan RI.

Untuk sebuah slogan tema tadi mengandung arti yang maximus yaitu kegusaran atas pencapaian kinerja sebagai bangsa yang harus terus berbenah di segala lini.

Dengan Ayo Kerja diharapkan semua anak bangsa mengambil inisiatif lebih semangat dalam merancang inovasi dan kreasi bagi nilai tambah kemajuan bangsa. Ayo Kerja juga dapat ditafsirkan Kebangkitan Elemen Republik Juang Aktif.

Dimensi kejuangan inilah yang membutuhkan perhatian semua komponen bangsa karena secara umum perilaku Us versus Them atau kita lawan mereka telah menjadi frame work sebahagian besar anak bangsa sehingga basis perikatan antar anak bangsa menjadi cair dan penuh kontroversi.

Banyak peristiwa-peristiwa sepele di tengah tengah masyarakat menimbulkan kegaduhan bahkan berujung prahara. SMS berujung perkara dipengadilan, seorang nenek terdakwa karena hukum bekerja normatif sedang keadilan subtantif defisit, pelajar tawuran karena ketersinggungan.

Peristiwa tersebut dalam perspektif ekonomi perilaku disebut region beta paradox. Istilah ini ditemukan oleh pakar ekonomi perilaku Daniel Gilbert, Lieberman, Morewedge dan Wilson dari Harvard University untuk menyajikan hasil penelitian tentang sesuatu yang remeh atau tidak terlalu buruk berakibat panjang.

BERITA TERKAIT

Paradoks ini terjadi karena hubungan jarak dan waktu yang tidak bersifat monotonic karena adanya respon dari obyek yang melakukannys terhadap situasi yang dihadapi.

Kita ke Serang harus menempuh 3 -4 jam, sementara dalam waktu 3 jam kita dapat sampai di Makassar dengan pesawat non stop. Jarak yang pendek ditempuh dalam waktu yang relatif lama karena adanya respon dari hambatan. Dengan kata lain jarak yang jauh ditempuh lebih cepat daripada jarak yang dekat.

Inilah yang disebut paradoks. Contoh lain seseorang berjalan dengan kecepatan 2 mil per jam, sedang orang lain menggunakan sepeda dengan kecepatan 10 mil perjam. Bagi pesepeda dia hanya membutuhkan waktu sedikit untuk tiba di tempat tujuan. Inilah yang disebut paradoks wilayah beta. Paradoks "region-beta" baik secara sadar atau tidak kita alami sehari-hari. Paradoks ini juga menunjukkan adanya anomali antara pemulihan yang cepat terhadap peristiwa buruk namun memerlukan pemulihan yang lama untuk hak-hal yang sepele.

Mungkin anda bisa melupakan ditinggal teman atau mantan pacar, namun mungkin anda merasakan sakit hati yang begitu lama ("sakitnya tuh disini") akibat perkataan teman yang menyinggung perasaan anda. Atau anda mungkin segera kedokter begitu mengetahui ada gejala yang berakibat serius dan bahkan mungkin segera pulih setelah operasi, namun cedera ringan seperti luka dikaki mungkin anda biarkan sehingga malah berakibat fatal dalam jangka panjang. Inilah paradoks region-beta.

Nampaknya memang otak kita dirancang untuk mengkalibrasi shock yang hebat agar cepat recovery ketimbang shock yang ringan, demikian salah satu kesimpulan para pakar otak. Guncangan kecil tidak cukup untuk menendang mekanisme otak kita untuk segera pulih (dan bisa tenang serta memaklumi).

Inilah yang menyebabkan mengapa kita mudah marah oleh hal-hal yang sepele, namun sering abai pada perubahan-perubahan yang besar. Dalam konteks yang lebih luas, paradoks region-beta juga sebenarnya telah menggejala direpublik ini baik pada level masyarakat biasa sampai kepada para pemimpin bangsa ini.

Paradoks region-beta juga mengindikasinya kecenderungan meremehkan masalah yang kelihatan sepele namun berimplikasi besar. Paradoks region-beta menurut Gilbert, juga sebenarnya dipicu oleh adanya kesalahan prediksi yang berujung pada kesalahan tindakan "it is easy to imagine how such errors of prediction could become errors of action" demikian tulis Gilbert.

Dengan demikian paradoks region-beta bisa diminimalkan jika kita mengurang kesalahan dalam memprediksi sesuatu sehingga tidak berujung pada kesalahan tindakan. Bijak rasanya kita memberi perhatian pada kalimat bijak "our brain accepts what the eyes see, and our eye looks for whatever our brain wants" (otak kita menerima apa yang dilihat oleh mata kita, dan mata kita mencari apapun yang diinginkan otak kita), ketidak sinkronan antara "accepts" dan "wants" tersebutlah yang sering menimbulkan konflik dan paradoks baik pada level individu maupun bernegara.

Dalam menghargai kesungguhan pendirian negara republik tercinta dipenggalan waktu menyongsong ultah ke 70 patut dimaknai dengan "Serius" atau Semua Elemen Republik Indonesia Usaha Serius mengisi Kemerdekaan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas