Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Golkar, Harusnya Ical Tak Perlu Ngotot

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menerima kepengurusan Golkar yang diketuai Agung Laksono sesuai putusan Mahkamah Partai.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Sanusi
zoom-in Soal Golkar, Harusnya Ical Tak Perlu Ngotot
Tribunnews.com/Wahyu Aji
Ketua Umum DPP Partai Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (10/3/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menerima kepengurusan Golkar yang diketuai Agung Laksono sesuai putusan Mahkamah Partai.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, menilai Kubu Aburizal Bakrie tak perlu mengganggu kubu Agung Laksono.

"Harusnya kubu Ical itu enggak perlu ngotot. Ya sudah kalau memang mau naik banding ke Pengadilan, silakan. Tapi jangan ganggu kubunya Agung. Kenapa? Karena kalau diganggu akan merusak jaringan politik di Partai Golkar untuk maju pilkada," kata Ikrar di Hotel Sofyan, Minggu (22/3/2015).

Ia mengingatkan pendaftaran Pilkada dilakukan Juni 2015. Sedangkan pengadilan memakan waktu tiga bulan. "Hitungannya Juni baru akan selesai. Kan harus didaftarkan KPU juga. Apakah kemudian orang-orang daerah harus melepaskan kesempatan jadi kepala daerah? Makanya jangan heran orang-orang politik itu tidak ada loyalitas 100 persen," katanya.

Ikrar mengakui Golkar berbeda dengan PDIP. Suka atau tidak, Ikrar menyebut di PDIP masih ada sosok Megawati Soekarnoputri sebagai figur pemersatu. Sedangkan Golkar, ujarnya, hanyalah kumpulan elite yang merasa sama dan berhak maju sebagai pemimpin.

"Kan tidak ada lagi orang seperti Suhardiman dan Soeharto, yang bilang ini lho yang harus dilakukan. Kalau buat saya, Partai Golkar itu harus jadi partai modern. Mereka harus siap, bahwa kepemimpinan itu bisa berganti. Yang sekarang memimpin, empat menit kemudian bisa saja tidak lagi memimpin," tuturnya.

Ikrar pun menyarankan agar Ical mundur selangkah membangun kekuatan untuk menghadapi Munas 2016. "Kalau bisa jangan ada nama Aburizal Bakrie atau Agung Laksono dalam pemilihan nanti. Kalau itu mau regenerasi," kata Ikrar.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas